Penerimaan Pajak Tinggi, Ekonomi RI Resiliensi
Pajak.com, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, saat ini ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Berdasarkan laporan World Economic Outlook IMF, pertumbuhan ekonomi global diproyeksi berada di level 3,2 persen pada tahun 2022 dan 2,7 persen untuk tahun depan. Namun, kondisi ekonomi Republik Indonesia (RI) masih relatif resiliensi dan kuat dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 tetap di angka 5,3 persen dan 5 persen pada tahun depan. Keyakinan ini utamanya didukung oleh realisasi penerimaan pajak yang tinggi hingga akhir September 2022.
“Kinerja APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) hingga kuartal III-2022 masih positif, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat didukung oleh neraca perdagangan, konsumsi rumah tangga, dan investasi sebagai penopang utama. Penerimaan pajak juga masih tinggi. Semuanya memperlihatkan pemulihan ekonomi yang terus terjaga, kontribusi harga komoditas yang masih di level relatif tinggi serta dampak positif dari berbagai kebijakan pemerintah,” jelas Sri Mulyani dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com (2/11).
Mengacu data paparan Konferensi Pers APBN KiTa, penerimaan pajak hingga September 2022 telah mencapai Rp 1.310,5 triliun atau 88,3 persen dari target yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 sebesar Rp 1.485 triliun. Sri Mulyani menyebutkan, mayoritas jenis pajak juga menunjukkan kinerja positif, beberapa diantaranya sudah hampir mendekati target 100 persen dari pagu.
“Di Perpres 98 tahun 2022 kita sudah menaikkan targetnya, tapi mungkin akan tetap lebih tinggi lagi. Optimisme penerimaan pajak yang sangat tinggi ini menggambarkan harga komoditas masih bagus, pertumbuhan ekonomi Indonesia momentumnya menggeliat yang menimbulkan penerimaan pajak, dan juga implementasi dari Undang-Undang HPP (Harmonisasi Peraturan Perpajakan) kita yang cukup baik,” jelasnya.
Kendati demikian, Sri Mulyani menekankan, pemerintah masih tetap memerlukan penguatan koordinasi dalam mewaspadai perkembangan risiko global, termasuk menyiapkan respons kebijakan.
“Pertumbuhan penerimaan pajak tumbuh 28 persen, angka ini terbilang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan empat bulan terakhir levelnya tergolong rendah. Tren yang menurun ini juga patut untuk diwaspadai. Potensi risiko juga perlu diantisipasi dan dimitigasi untuk menjaga peran APBN 2022 yang waspada, antisipatif, dan responsif dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang tidak pasti,” jelas Sri Mulyani.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal juga optimistis realisasi penerimaan pajak akan jauh melampaui target, bahkan diprediksi mampu mencapai 110 persen. CORE Indonesia menilai, realisasi pajak sepanjang tahun 2022 akan ditopang oleh kinerja ekonomi domestik maupun perdagangan internasional yang mengalami peningkatan cukup tajam. Sektor manufaktur juga berkontribusi dalam peningkatan penerimaan pajak sepanjang tahun 2022.
“Dari data perdagangan ekspor impor kita, value-nya memang naik, ya karena harga-harga tahun ini untuk komoditas andalan ekspor kita naiknya luar biasa. Bahkan, batu bara itu sampai sekarang masih sangat tinggi. Walaupun sebetulnya tidak melulu dari harga komoditas saja. Beberapa manufaktur itu juga meningkat ekspornya, terutama manufaktur yang di-drive oleh investasi di industri hilir tambang. Salah satu manufaktur yang masih terus tinggi, terutama di ekspor logam dasar,” ungkap Faisal.
Comments