Hunter Biden Mengaku Bersalah atas Semua Dakwaan dalam Kasus Pajak Federal
Pajak.com, Los Angeles – Hunter Biden, putra Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengaku bersalah atas dakwaan penggelapan pajak di Pengadilan Federal Los Angeles (LA), pada Kamis (05/09). Pengakuan bersalah ini terjadi terkait dengan kegagalannya membayar pajak sebesar 1,4 juta dollar AS (sekitar Rp 21,3 miliar) dalam periode 2016 hingga 2019.
Kasus ini juga menyoroti gaya hidup mewahnya yang dituding jaksa, termasuk pengeluaran besar untuk pekerja seks komersial, hotel mewah, dan keanggotaan klub eksklusif. Di hadapan Hakim Distrik AS, Mark Scarsi, Hunter Biden mengakui setiap tuduhan dalam dakwaan. Scarsi bertanya kepada Hunter Biden apakah ia melakukan setiap elemen dari setiap kejahatan yang dituduhkan dalam dakwaan, yang dijawab Biden dengan “ya”.
Scarsi kemudian bertanya, dakwaan per dakwaan, bagaimana putra presiden itu mengaku. Biden menjawab “bersalah” untuk masing-masing dakwaan tersebut. Hakim Scarsi kemudian menjadwalkan sidang pembacaan vonis pada 16 Desember 2024, di mana Hunter dapat menghadapi hukuman hingga 17 tahun penjara serta denda lebih dari 1,2 juta dollar AS (sekitar Rp 18,3 miliar).
Pengakuan bersalah yang diumumkan oleh Pengacara Hunter, Abbe Lowell, mengejutkan jaksa dan publik AS karena dilakukan tepat sebelum proses pemilihan juri dimulai. Langkah ini memungkinkan Hunter untuk terhindar dari proses persidangan, yang diperkirakan akan mengungkap rincian kehidupan pribadinya selama masa kecanduan kokain.
“Saya tahu ini adalah langkah prosedural yang tidak biasa. Kami sebenarnya bisa menyelesaikan kasus ini melalui kesepakatan, tetapi perjalanan menuju titik ini telah cukup panjang,” kata Lowell di Pengadilan Federal LA, AS, dikutip Pajak.com, Sabtu (07/09).
Pengakuan bersalah ini terjadi tanpa kesepakatan dengan pihak jaksa, langkah yang menurut para pengamat hukum sangat jarang terjadi. Biasanya, terdakwa bernegosiasi untuk hukuman yang lebih ringan atau penghapusan sebagian dakwaan. Bahkan, mantan jaksa federal Neama Rahmani menyebut tindakan ini sebagai hal yang hampir tidak pernah terjadi dalam kasus pidana besar.
Sejatinya, Lowell sempat mengajukan upaya agar Hunter dapat mengaku bersalah melalui pengakuan Alford—pengakuan yang memungkinkan terdakwa mengaku bersalah sambil tetap mempertahankan ketidakbersalahannya. Namun, jaksa penuntut Leo Wise menolak langkah tersebut dan menyatakan bahwa hal ini akan menjadi ketidakadilan serta bertentangan dengan hukum.
“Pengakuan Alford sangat jarang terjadi dan biasanya hanya diterima dalam kondisi yang sangat khusus. Kasus ini tidak memenuhi syarat tersebut. Kami tidak akan, dalam kondisi apa pun, menyetujui pengakuan Alford,” tegas Jaksa Wise.
Setelah diskusi singkat, tim hukum Hunter Biden memutuskan untuk melanjutkan pengakuan bersalah penuh atas sembilan dakwaan yang dikenakan, termasuk tiga dakwaan kejahatan karena penggelapan pajak dan pengajuan laporan pajak palsu, serta enam dakwaan pelanggaran ringan.
Gaya Hidup Mewah tapi Ogah Bayar Pajak
Menurut dakwaan setebal 56 halaman yang dibacakan di pengadilan, Hunter Biden menghindari kewajiban pajaknya selama empat tahun sambil menjalani gaya hidup mewah. Uang yang seharusnya digunakan untuk membayar pajak dihabiskan untuk kebutuhan pribadi, termasuk narkoba, pekerja seks komersial, mobil mewah, dan hotel berbintang.
Jaksa Wise menyatakan bahwa Hunter Biden juga secara tidak benar mengklasifikasikan pengeluaran pribadi sebagai pengeluaran bisnis untuk menghindari pajak.
“Terdakwa menggunakan uang ini untuk narkoba, pekerja seks komersial, pacar, hotel mewah, properti sewaan, mobil eksotis, pakaian, dan barang-barang pribadi lainnya. Singkatnya, hampir semuanya dibelanjakan, kecuali untuk pajaknya,” kata Jaksa Wise.
Kasus ini merupakan yang kedua bagi Hunter Biden setelah pada Juni lalu ia dinyatakan bersalah dalam kasus pelanggaran senjata federal di Delaware. Untuk kasus tersebut, sidang hukuman dijadwalkan pada 13 November mendatang. Hunter Biden menyatakan ia memutuskan untuk mengaku bersalah agar tidak menyebabkan keluarganya mengalami rasa sakit dan malu lebih lanjut.
“Ketika saya menyadari bahwa para jaksa lebih berfokus pada merendahkan saya selama masa kecanduan daripada mencari keadilan, saya memutuskan untuk mengaku bersalah demi melindungi keluarga saya,” kata Hunter dalam pernyataan tertulisnya.
Meski demikian, pengacaranya mengisyaratkan bahwa mereka masih akan mempertimbangkan banding setelah proses hukum ini selesai.
Dampak Politik Mereda
Kasus hukum ini awalnya dianggap sebagai ancaman serius terhadap kampanye politik Joe Biden menjelang pemilihan presiden AS 2024. Namun, dampak politiknya mereda setelah Presiden Biden mengumumkan tidak akan mencalonkan diri kembali pada bulan lalu.
Meskipun demikian, pengakuan bersalah ini memicu spekulasi apakah Presiden Biden akan memberikan pengampunan kepada putranya tersebut. Dalam pernyataan sebelumnya, Biden dengan tegas menyatakan tidak akan mengampuni atau mengurangi hukuman putranya. Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menegaskan kembali bahwa sikap presiden tetap tidak berubah.
Comments