Keamanan Transaksi Aset Kripto: Pilih ‘Exchanger” Lokal atau Asing?
Pajak.com, Jakarta – Dalam dunia investasi aset kripto, pilihan platform atau exchanger memiliki peran penting untuk keamanan dan keberlanjutan transaksi. Tax Compliance and Audit Advisor TaxPrime Januar Ponco, memberikan pandangan mendalam mengenai perbedaan antara exchanger aset kripto lokal dan asing, serta tantangan yang dihadapi pengguna dalam memilih exchanger yang tepat.
Ponco menjelaskan bahwa keamanan adalah faktor utama dalam setiap transaksi. Ia mengibaratkan pasar saham, di mana keamanan transaksinya sudah dijamin oleh regulasi ketat dan pengawasan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kalau saya mendaftar di bursa saham Indonesia, saya akan mendaftar kepada sebuah sekuritas di Indonesia. Di situ ada broker sehingga saya bisa beli saham-saham yang terdaftar di bursa saham Indonesia,” ujar Ponco kepada Pajak.com, dikutip pada (25/11).
Menurutnya, setiap transaksi saham yang dilakukan di Indonesia mendapatkan perlindungan dari OJK dan lembaga hukum terkait karena adanya regulasi yang melindungi investor saham domestik.
Namun, Ponco menekankan bahwa hal tersebut tidak berlaku dalam transaksi aset kripto. “Ketika kita bicara aset kripto, kita beli agak unik, kenapa? Karena aset kripto itu terdaftar dimana sebenarnya? Kan tadi saya bicara membeli saham di Indonesia. Bisa enggak saya beli saham di Amerika atau di Jepang? Bisa, tapi saya belinya lewat broker sana, nanti di sana ada lembaga-lembaganya sendiri yang tunduk dengan negara sana,” katanya.
Tidak seperti pasar saham yang memiliki regulasi yang jelas di setiap negara, pengguna aset kripto bisa bebas membeli dari berbagai exchanger, baik lokal maupun asing, sehingga diperlukan regulasi ketat yang melindungi investor.
Ponco juga menjelaskan perbedaan antara exchanger asing dan lokal. Menurutnya, meskipun exchanger asing sering kali menawarkan berbagai keuntungan, seperti akses ke lebih banyak jenis aset kripto, pengguna di Indonesia tetap menghadapi risiko besar jika dana mereka hilang atau terjadi masalah. “Kalau uang kita di exchanger asing itu hilang, kita enggak punya tempat mengadu,” ujarnya.
“Kalau kita misalnya bisa berupaya pun, besar sekali effort-nya, terkait biaya dan segala macam,” jelasnya.
Berbeda halnya dengan exchanger lokal, di mana pengguna memiliki opsi untuk melaporkan masalah ke pihak berwenang jika terjadi kendala. Meskipun exchanger lokal perlu untuk menawarkan lebih banyak variasi aset seperti yang ditawarkan exchanger asing. Lebih lanjut, Ponco menekankan bahwa aspek keamanan menjadi nilai tambah yang signifikan.
“Ketika kita bicara exchanger lokal ini, sebetulnya sih lebih ke asas manfaatnya. Sehingga perlu didorong lebih kompetitif dibanding exchanger asing, tapi sepanjang risikonya enggak bisa di-cover, ya sebaiknya pakai exchanger lokal, terlepas dia dikenakan pajak,” saran Ponco.
Lebih lanjut, Ponco menjelaskan bahwa penggunaan exchanger lokal tidak hanya menawarkan keamanan, tetapi juga memiliki konsekuensi pajak yang lebih jelas. Ketika menggunakan exchanger lokal, transaksi aset kripto dapat terdata dan dikelola sesuai aturan yang berlaku. Sebaliknya, transaksi di exchanger asing berpotensi menyulitkan pelaporan pajak jika terjadi masalah atau kesulitan di masa mendatang bagi investor di Indonesia.
Comments