Pajak.com, Jakarta – Kemajuan teknologi keuangan semakin memudahkan kita untuk belanja. Bahkan, bila tidak ada uang sekalipun, kita bisa menggunakan berbagai fasilitas, mulai dari kartu kredit hingga pay leter. Namun, Financial Planner dan Investment Coach Bareksa Prita Ghozie mengingatkan, jangan sampai kita menjadi pribadi yang memiliki tipe compulsive spender, yaitu yang memiliki kebiasaan untuk belanja atau membuat pengeluaran tanpa sadar. Berikut kiat menghadapi compulsive spender di tengah godaan kartu kredit atau pay later:
- Bila Anda merasa termasuk tipe compulsive spender, maka jangan sering membuka aplikasi yang menyediakan pay later, seperi di Gojek, Shopee, Tokopedia, dan sebagainya. Bahkan, disarankan untuk tidak memiliki atau menghapus aplikasi belanja on-line itu.
- Alihkan dengan meng-instal aplikasi investasi, seperti Bareksa, Bibit, dan Pegadaian, dan sebagainya. Mulai biasakan diri menjadi investor.
- Bila Anda harus menggunakan pay leter atau kartu kredit, pastikan barang yang ingin dibeli adalah kebutuhan penting atau suatu aset produktif, misalnya logam mulia, rumah, kendaraan, atau alat yang mendukung pekerjaan atau produktivitas Anda.
- Bila ingin belanja untuk keinginan di luar kebutuhan atau aset masa depan, gunakan sistem one to one. Maksudnya, perbandingan pengeluaran dengan investasi berjumlah sama. Contoh, Anda membeli barang senilai Rp 150.000, maka langsung investasi Rp 150.000 juga. Harus ada matching atau pairing. Akan tetapi, penggunaan sistem one to one ini berlaku untuk pengeluaran di luar kebutuhan harian.
- Bila Anda terbiasa melakukan cara itu, perlahan mindset pun akan berubah. Dari yang semula suka belanja, menjadi tertarik untuk terus berinvestasi. Perkuat mindset dengan hal-hal kecil dan rutin untuk mencapai target tertentu.
- Smart investor harus punya alokasi finansial dalam bentuk persentase. Misalnya, dari 100 persen penghasilan, alokasikan 50 persen untuk living (pengeluaran rutin), 30 persen saving (investasi), dan 20 persen playing (hiburan).
- Untuk mencapai target keuangan, smart investor bisa memilih instrumen investasi yang lebih rendah risikonya, seperti reksa dana atau deposito. Sesuaikan profil risiko dan jangka waktu tujuan keuangan sesuai dengan kemampuan. Sebagai pilihan, reksa dana pasar uang cocok untuk profil risiko rendah dengan tujuan keuangan jangka pendek. Karena sifatnya stabil dan likuid, reksa dana asar uang juga bisa untuk menyiapkan dana darurat. Lalu, ada reksa dana pendapatan tetap untuk profil risiko moderat dengan tujuan keuangan menengah sekitar 2 tahun—3 tahun. Kemudian, reksa dana campuran untuk profil risiko moderat dan tinggi dengan tujuan keuangan menengah-panjang sekitar 3 tahun—5 tahun. Sementara, reksa dana saham untuk profil risiko agresif dengan tujuan keuangan jangka panjang di atas 5 tahun.
Comments