SCG Terapkan Prinsip ESG 4 Plus, Upaya Menuju Rendah Karbon
Pajak.com, Jakarta – Siam Cement Group (SCG) terapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) 4 Plus sebagai upaya mendukung pemerintah mewujudkan tercapainya rendah karbon dan ketahanan iklim.
Sebagai informasi, SCG merupakan perusahaan semen dan bahan material asal Thailand yang mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 1995. SCG menjadi perusahaan semen tertua kedua di Indonesia setelah Semen Padang, serta terbesar di Thailand dan Asia Tenggara.
Country Director SCG di Indonesia Warit Jintanawan menuturkan, empat objektif tersebut, yaitu tercapainya Net Zero Emission (NZE) yang seirama dengan target Pemerintah Indonesia, menciptakan produk dan industri hijau, mereduksi kesenjangan sosial, dan merangkul kolaborasi dengan berbagai stakeholder.
Ia memastikan, aspek tambahan ESG 4 Plus merupakan keadilan dan transparansi, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Tujuan SCG dalam melaksanakan ESG 4 Plus adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, konsumsi energi, dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) yang berlebih, serta merangkul kolaborasi dengan banyak pihak yang terkait.
“Urgensi kami dalam melaksanakan prinsip ESG 4 Plus adalah karena SCG telah menjadi bagian dari Indonesia. Kami telah hadir hampir 30 tahun di Indonesia dan terus berkomitmen untuk berkontribusi pada lingkungan sehingga lingkungan lestari, bisnis pun demikian,” kata Warit dalam keterangan resmi, dikutip Pajak.com, (13/10).
Dari aspek environment (lingkungan), SCG menerapkan prinsip ekonomi sirkular, sehingga perseroan dapat menjaga agar tidak ada produk atau bahan baku yang terbuang. SCG melakukan transisi energi melalui teknologi daur ulang Alternative Fuel (AF)/Alternative Raw Material (ARM), yaitu fasilitas daur ulang limbah menjadi bahan bakar dan bahan baku alternatif dalam produksi semen.
“Sejak tahun 2021, teknologi ini telah menekan konsumsi bahan bakar fosil untuk operasional sebesar 3 persen dan meningkatkan penggunaan bahan baku alternatif sebesar 9,4 persen. Selain itu, SCG juga telah memanfaatkan biogas sebagai salah satu energi alternatif dalam proses produksi kertas kemasan,” ungkap Wait.
Ia menjelaskan, biogas diperoleh dari hasil sampingan pengolahan limbah cair produksi melalui sistem anaerobik. Biogas dimanfaatkan sebagai bahan bakar unit pembangkit listrik, sehingga mengurangi gas rumah kaca dan penggunaan bahan bakar fosil.
“Saat ini kami sedang mengembangkan teknologi RDF (refuse-derived fuel), bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk mengolah sampah menjadi bahan bakar. Sampah yang diolah melalui metode co-processing akan dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif dalam proses produksi semen,” jelas Warit.
Pada kesempatan yang sama, Direktur SCG Pathama Sirikul menyebutkan, dari aspek sosial, SCG juga mengembangkan program Gerakan Desa Berdikasari (Gesari). Program ini bertujuan untuk mendukung kemajuan masyarakat desa melalui peningkatan bisnis sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) melalui pemberian modal usaha sekaligus pelatihan yang bekerja sama dengan dinas terkait. Sejumlah UMKM binaan Gesari yang telah sukses, diantaranya Kelompok Budidaya Lele Lumbung Berkah, Keripik Pisang Kartini, Madu Tanjungsari, dan lain-lain.
“Sejak 2012, SCG juga telah menyalurkan beasiswa Bernama Sharing the Dream sebagai bagian dari kontribusi sosial. Hingga 2023, lebih dari 4.000 beasiswa diberikan kepada para pelajar Indonesia tingkat SMA (sekolah menengah atas) dan Sarjana. Beasiswa Sharing the Dream memberikan dana bantuan pendidikan, program pengembangan diri, serta pendanaan dan pendampingan penuh untuk proyek-proyek komunitas gagasan penerima beasiswa, seperti proyek pengolahan limbah tekstil berkelanjutan, budidaya maggot untuk pakan ternak, program generasi,” jelas Pathama.
Adapun dari aspek tata kelola, SCG juga membuat regulasi dan kode etik sebagai bagian dari upaya mendorong tata kelola perusahaan yang baik dan berkelanjutan.
Comments