in ,

Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia

Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia
FOTO: IST

Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia

Pajak.com, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan, COVID-19 varian Omicron subvarian XBB (Omicron XBB) telah terdeteksi di Indonesia. Oleh karena itu, Kemenkes meminta masyarakat untuk waspada dan memperkuat protokol kesehatan (prokes), terutama untuk disiplin memakai masker.

Sebagai informasi, Omicron XBB yang dikenal sebagai BA.2.10 adalah subvarian Omicron yang telah terdeteksi di beberapa negara, seperti India, Australia, Bangladesh, Denmark, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Subvarian ini pertama kali terdeteksi pada Agustus 2022 di India.

Menurut Direktur Institut Bioinformatika AStar Sebastian Maurer-Stroh, nama Omicron XBB tidak resmi dari World Health Organization (WHO). Penamaan itu digunakan oleh peneliti dan lembaga kesehatan masyarakat untuk membahas varian yang muncul sebelum berkembang menjadi kasus dengan angka relevan secara global.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan M. Syahril mengungkapkan, kasus pertama Omicron XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal. Subvarian ini terdeteksi pada seorang perempuan berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga  SMF Dorong Pembiayaan Perumahan Berkelanjutan dan Pengembangan ESG

“Ada gejala seperti batuk, pilek, dan demam. Pasien kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober,” ujar Syahril dalam keterangan tertulis yang dikutip Pajak.com, (24/10).

Dengan temuan ini Kemenkes bergegas melakukan upaya antisipatif dengan melakukan testing dan tracing terhadap 10 kontak erat. Hasilnya, seluruh kontak erat dinyatakan negatif COVID-19 varian XBB.

“Meski varian baru XBB cepat menular, namun fatalitasnya tidak lebih parah dari varian Omicron. Pemerintah belum bisa mengatakan (Indonesia) aman dari pandemi COVID-19 sebab berbagai mutasi varian baru masih berpotensi terus terjadi. Dalam tujuh hari terakhir juga dilaporkan terjadi kenaikan kasus (COVID-19) di 24 provinsi,” ungkap Syahril.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, kasus terkonfirmasi positif COVID-19 bertambah 2.227 kasus, sehingga totalnya mencapai 6.467.189 per 21 Oktober 2022. Penambahan kasus positif terbanyak terjadi di Provinsi DKI Jakarta 773 kasus; Jawa Barat 331 kasus; Jawa Timur 265 kasus; Banten 186 kasus; dan Jawa Tengah 158 kasus.

Baca Juga  Pemerintah Cabut Aturan Pembatasan Barang Bawaan Pekerja Migran

Oleh karena itu, Kemenkes meminta masyarakat untuk memperkuat prokes COVID-19, seperti menggunakan masker, menghindari kerumunan, mencuci tangan, serta melakukan testing apabila mengalami tanda dan gejala COVID-19. Secara simultan, masyarakat didorong untuk melakukan vaksinasi COVID-19 untuk meningkatkan proteksi diri.

“Segera lakukan booster bagi yang belum untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat COVID-19,” jelas Syahril.

Ia mengungkapkan, Omicron XBB ini menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 yang tajam di Singapura diiringi dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit. Peningkatan kasus gelombang Omicron XBB di Singapura berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali gelombang BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2.

“Sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron subvarian XBB. Dalam upaya mencegah peningkatan penularan COVID-19, Kemenkes telah meningkatkan pengawasan kedatangan pelaku perjalanan di pintu-pintu masuk negara,” jela Syahril.

Pada kesempatan yang berbeda, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta semua pihak bekerja sama memperkuat efektivitas Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan prokes.

Baca Juga  Jelajah Hemat Jakarta: Libur Lebaran nan Ramah di Kantong

“Singapura sekarang kasusnya naik lagi ke 6.000 per hari karena ada kasus varian baru, yaitu XBB. Varian ini juga sudah masuk di Indonesia dan sedang kita amati terus. Bapak Presiden Joko Widodo sudah meminta kita untuk memakai masker, sampai sekarang masyarakat masih terbiasa memakai masker. Negara-negara lain, kan, sudah pede (percaya diri) sekali enggak pakai masker. Itu sebabnya terjadi kayak di Singapura yang naiknya (kasus) tinggi,” kata Budi.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *