in ,

Momen Lebaran Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi

Momen Lebaran Jadi Pendorong
FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Masyarakat Indonesia menyambut baik keputusan pemerintah mengizinkan perjalanan mudik Lebaran Idulfitri 2022. Setidaknya sekitar 80 juta lebih masyarakat berbondong-bondong mudik ke kampung halaman mereka. Hal ini tentu sangat berdampak pada perputaran ekonomi masyarakat sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Momen lebaran menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, menurut Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Bidang Otonomi Daerah Sarman Simanjorang, ada fenomena baru pada Lebaran tahun ini. Meskipun orang berbondong-bondong mudik ke daerah, orang daerah pun banyak yang berlibur ke Kota Jakarta. Untuk itu, ia optimistis momentum Lebaran 2022 tahun ini mampu menaikkan pertumbuhan ekonomi.

“Lebaran menjadi puncak perputaran uang terbesar di Indonesia dan merata karena akan terjadi aliran uang yang sangat deras dari kota ke daerah tujuan mudik. Jika tiap keluarga membawa Rp 1,5 juta potensi perputaran uangnya di kisaran Rp 42 triliun,” katanya dalam dialog interaktif daring dikutip Sabtu (7/5/2022).

Baca Juga  Menlu Retno: Indonesia Diplomasi Redakan Ketegangan Iran dan Israel

Sementara itu,  Anggota Asosiasi Emiten Indonesia Bidang Kajian Akuntansi dan Perpajakan Ajib Hamdani mengatakan, jika tren perputaran uang dan pergerakan ekonomi bisa terus terjaga sampai akhir 2022, potensi pertumbuhan ekonomi akan terdongkrak secara signifikan. Target pertumbuhan ekonomi kisaran 5 persen sampai dengan 5,5 persen relatif bisa tercapai.

Namun demikian, Ajib mengingatkan pemerintah karena di sisi lain, indikator positif ekonomi ini juga mempunyai potensi masalah, yaitu adanya potensi inflasi yang juga bisa terus naik di atas target dan asumsi awal pemerintah. Setidaknya, ada dua hal yang membuat inflasi terus tereskalasi. Faktor pertama, kinerja ekonomi yang sedang menemukan keseimbangan pascapandemi COVID-19. Ajib menyebut, supply dan demand sedang terjadi kontraksi sehingga menimbulkan gejolak harga di beberapa komoditas strategis, seperti minyak goreng dan BBM. Sementara faktor kedua, kebijakan pemerintah menaikkan tarif PPN dari 10 persen menjadi 11 persen pada 1 April 2022 yang secara psikologis akan membuat kenaikan secara konstan untuk barang konsumsi.

Baca Juga  BPK Minta Pemerintah Terus Tingkatkan Kualitas APBN

Sementara itu, Ekonom Makro ekonomi dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky memproyeksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 akan mencapai 4,75 persen – 4,95 persen. Ia memperkirakan, sepanjang tahun 2022 ekonomi akan tumbuh 4,90 persen – 5,10 persen.

“Kami masih berpandangan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2022 akan kembali ke level pra-pandemi di kisaran 5 persen,” kata Teuku dalam keterangan tertulisnya.

Teuku mengungkapkan, di tengah volume perdagangan global yang menurun sebagai buntut perang Rusia-Ukraina, ekonomi Indonesia menunjukkan performa neraca perdagangan yang bagus di kuartal I 2022. Lonjakan harga yang terjadi mendorong dampak positif terhadap keseluruhan neraca dagang Indonesia. Terbukti, hingga tiga bulan pertama tahun 2022, neraca perdagangan Indonesia sudah surplus 9,33 miliar dollar AS.

Baca Juga  Airlangga Ungkap Dampak Eskalasi Konflik Iran - Israel bagi Perekonomian Nasional

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *