in ,

Menperin: Tiga Isu Tantangan Domestik Industri Nasional

Tiga Isu Tantangan Domestik Industri Nasional
FOTO: IST

Menperin: Tiga Isu Tantangan Domestik Industri Nasional

Pajak.com, Jakarta – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, industri nasional tengah menghadapi tantangan domestik. Menperin ungkap terdapat tiga isu tantangan domestik industri nasional.

Pertama, rendahnya belanja hasil produksi dalam negeri. Kedua, kebijakan hilirisasi industri yang masih bergerak lambat. Ketiga, transformasi otomatisasi dan digitalisasi revolusi industri 4.0 yang tidak merata, baik dari sisi sektoral maupun skala industri.

“Untuk itu, kami terus mengintensifkan upaya peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN). Presiden menyampaikan bahwa upaya agar produk-produk industri Indonesia mendapat prioritas dalam belanja APBN, APBD, dan BUMN akan terus didisiplinkan,” ungkapnya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (01/09).

Ia menambahkan, belanja APBN dan BUMN memiliki peluang besar untuk mengungkit lebih tinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan mendapat tambahan pertumbuhan ekonomi hingga 1,7 persen.

Baca Juga  Menko Airlangga Pede Indonesia Bisa Capai Target SDGs pada 2030

“Karena itu, dengan kondisi resiko global yang akan dihadapi, tidak bisa tidak, kita perlu menyatukan langkah dan bersama-sama menjaga sektor industri kita,” tambahnya.

Ia melanjutkan, pihaknya juga akan mengintensifkan program sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), termasuk mengupayakan agar pengurusan sertifikat TKDN semakin cepat dan semakin murah.

“Terkait hilirisasi, pada pidato sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bapak Presiden telah menegaskan pentingnya hilirisasi sumber daya alam,” imbuhnya.

Hingga saat ini, Kemenperin fokus memacu hilirisasi industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang mineral, serta industri berbasis migas dan batu bara.

“Banyak manfaat yang dapat kita peroleh dari kebijakan hilirisasi ini, seperti menghasilkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, menyediakan lapangan pekerjaan, dan memberikan peluang usaha. Melalui hilirisasi ini, Indonesia tidak lagi menjual barang mentah, namun sudah diolah baik produk setengah jadi maupun menjadi produk akhir,” jelasnya.

Baca Juga  Pengembangan Biomassa PLN di Tasikmalaya: Dikelola Masyarakat, Didukung Pemerintah

Menperin pun memberikan contoh pada industri agro. Dimana hilirisasi kelapa sawit menjadi penting karena minyak sawit yang diolah menjadi minyak goreng menghasilkan nilai tambah sebesar 1,31 kali. Pada industri berbasis tambang dan mineral, saat ini telah tumbuh pesat industri smelter nikel yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) feronikel, nikel hidrat dan stainless steel.

“Ke depan, smelter nikel tidak hanya melakukan ekspor dalam bentuk NPI maupun bahan baku baterai, tetapi dalam bentuk produk yang lebih hilir seperti produk hilir berbahan baku stainless steel dan baterai listrik,” ujarnya.

Selain itu, hilirisasi di sektor industri petrokimia juga dinilai sangat strategis karena menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur hilir penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi. Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah mengawal sejumlah proyek pembangunan industri petrokimia raksasa, diantaranya investasi petrokimia seperti di Cilegon.

Baca Juga  Menteri ESDM Tetapkan Harga Batu Bara dan Mineral Logam Acuan September 2024

Tidak hanya itu saja, terkait percepatan transformasi industri 4.0, sejak peta jalan (roadmap) Making Indonesia 4.0 diluncurkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2018, pemerintah melalui Kemenperin telah menempuh banyak upaya untuk mengembangkan iklim industri 4.0. Salah satunya adalah self-assessment INDI 4.0 bagi perusahaan industri dan BUMN.

“Kemenperin juga telah memfasilitasi program pendampingan industri 4.0 berupa workshop e-Smart IKM, serta membangun delapan capability center, yaitu Digital Capability Center for Industry 4.0 (PIDI 4.0), empat satellite capability centers, dan tiga learning factories,” pungkasnya.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *