Menu
in ,

Manfaat Digitalisasi Manufaktur bagi Bisnis di Era Society

Pajak.com, Jakarta – Konsep Society 5.0 merupakan sebuah upaya menggabungkan antara teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan manusia agar bisa hidup dan bekerja berdampingan dalam upaya meningkatkan kualitas taraf hidup manusia secara berkelanjutan. Saat ini berbagai sektor industri sedang berlomba-lomba untuk menerapkan konsep Society 5.0. Hal ini juga berlaku di sektor manufaktur. Apa saja manfaat pemanfaatan teknologi informasi, khususnya digitalisasi bagi industri manufaktur (digital manufacturing) di era Society 5.0 ini?

Digital manufacturing merupakan sebuah upaya memanfaatkan teknologi digital dalam operasi manufaktur perusahaan. Pendekatan terintegrasi ini menitikberatkan pada penggunaan sistem komputer untuk memonitor dan meningkatkan performa manufaktur. Lewat konsep inilah perusahaan bisa mengotomatisasi sistem produksi, kontrol kualitas atau Quality Control (QC), perawatan atau maintenance, manajemen siklus produk atau Product Lifecycle Management (PLM), dan kegiatan lain dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak atau software.

Sejumlah teknologi tersebut bermanfaat untuk membantu perusahaan dalam mengintegrasikan seluruh proses produksi agar lebih efisien dan produktif. Hal ini dibuktikan oleh laporan penelitian organisasi akuntansi global, Deloitte yang dirilis pada 2019 lalu. Penelitian Deloitte  yang bekerja sama dengan Manufacturer’s Alliance for Productivity and Innovation (MAPI). Penelitian itu untuk mengukur dampak smart factories terhadap produktivitas manufaktur AS dan kontribusi manufaktur terhadap PDB AS hingga tahun 2030 mendatang. Studi mencakup survei online terhadap lebih dari 600 eksekutif di perusahaan manufaktur yang berkantor pusat di Amerika Serikat.

“Kami menemukan bahwa digital manufacturing dapat meningkatkan produksi hingga 10 persen dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja hingga 12 persen,” kata Deloitte dalam laporannya dikutip Senin (16/5/22).

Sebelum memulai mengimplementasikan konsep digital manufacturing, hal pertama yang harus dilakukan pengambil kebijakan perusahaan adalah memahami posisi dan kondisi perusahaan saat ini. Ini untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai serta prioritas yang perlu didahulukan, seperti mengefisienkan proses manufaktur, mempercepat waktu produksi, dan meminimalisasi biaya produksi.

Langkah selanjutnya adalah menetapkan target pencapaian Return On Investment (ROI) secara terukur. Kemudian, perusahaan perlu menyesuaikan setiap langkah transisi ke digital manufacturing dengan kebutuhan, anggaran, tujuan, dan kecepatan eksekusi yang dimiliki. Untuk memudahkan integrasi antara teknologi dan SDM dalam penerapan digital manufacturing, perusahaan dapat memanfaatkan sistem Enterprise Resource Planning (ERP).

ERP adalah suatu model sistem informasi yang memungkinkan organisasi untuk mengotomasi dan mengintegrasikan proses-proses bisnis utama mereka. ERP memecah kebuntuan berbagai hambatan fungsional tradisional dalam organisasi dengan cara memfasilitasi sharing atau berbagi data, berbagi aliran informasi, dan mengenalkan atau menyalurkan praktik-praktik bisnis yang umum di antara semua pengguna dalam organisasi.

Dengan cara ini, proses bisnis dan manufaktur seperti purchasing, inventarisasi, penjualan, akuntansi, manajemen rantai pasok, dan pergudangan, dapat dikerjakan dalam satu sistem. Dengan demikian, operasional digital manufacturing akan lebih efisien, tanpa harus menggunakan beragam sistem untuk proses manufaktur yang berbeda-beda.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version