Literasi Digital untuk Ekonomi Sektor Pariwisata
Pajak.com, Jakarta – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) berkolaborasi bersama Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Politeknik Negeri Pontianak dalam penyelenggaraan Festival TIK 2022. Acara yang juga menggandeng Pemerintah Kota Pontianak itu mengusung tema “Transformasi Digital Untuk Mempercepat Pemulihan Ekonomi Dan Pariwisata”. Melalui acara ini, Kemenkominfo dan stakeholders terkait ingin membangun literasi digital untuk mendukung ekonomi sektor pariwisata.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 lalu, skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia baru mencapai 3.49 dari 5.00. Artinya, tingkat literasi digital di Indonesia berada dalam kategori sedang. Merespons kondisi tersebut, Kemenkominfo mendukung penyelenggaraan Festival TIK untuk meningkatkan pemahaman literasi digital di masyarakat dalam mewujudkan transformasi digital Indonesia.
Ketua Umum Relawan TIK Indonesia Fajar Eri Dianto menyampaikan bahwa Relawan TIK Indonesia awalnya adalah program yang diinisiasi oleh Kemenkominfo pada tahun 2011 untuk menjadi pendamping masyarakat. Hingga saat ini, Relawan TIK Indonesia sudah sebelas tahun mengabdi untuk memajukan literasi digital di Indonesia.
“Teknologi adalah hal yang aman dan bermanfaat untuk masyarakat. Kami menjaminkan bahwa teknologi itu adalah wajib, dan melalui literasi digital bersama jejaring-jejaring Relawan TIK untuk masuk (melakukan literasi digital) ke masyarakat dari kota sampai desa,” kata Fajar dalam keterangan tertulis dikutip Pajak.com Senin (5/12/22).
Fajar Eri Dianto membeberkan, Relawan TIK Indonesia mendukung pelaksanaan program Pandu Digital Indonesia yang saat ini sudah memasuki tahun ketiga. Ia menegaskan bahwa Relawan TIK adalah bagian dari Pandu Digital Indonesia. Sebaliknya, Pandu Digital yang merupakan bentukan pemerintah melalui Kemenkominfo adalah bagian dai Relawan TIK. Untuk menjadi Relawan TIK, menurut Fajar salah satu syaratnya adalah lolos menjadi Pandu Digital Badge Merah.
Kegiatan Festival TIK 2022 itu juga diisi dengan tiga sesi seminar nasional yang mengangkat tema seputar literasi digital di antaranya “Transformasi Digital UMKM dan Masa Depan Ekonomi Kerakyatan”; Transformasi Digital Pariwisata; dan “Bersama Lawan Hoax” yang diisi oleh narasumber-narasumber yang kompeten di bidangnya.
Fajar menyampaikan, peran Relawan TIK dalam transformasi digital di sektor Pariwisata adalah sebagai pendamping literasi digital di masyarakat yang membantu kekurangpahaman pelaku usaha atau pengelola wisata dalam memanfaatkan teknologi untuk memperkenalkan potensi pariwisata di wilayahnya.
Materi pertama diberikan oleh Bambang Tri Santoso yang merupakan Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan di Kemenkominfo. Tri memaparkan mengenai gambaran umum dampak dari pandemi COVID-19 telah meluluhlantakkan sektor pariwisata Indonesia. Menurut data Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif di tahun 2021, terdapat 409.000 tenaga kerja sektor pariwisata kehilangan pekerjaan dan terdapat penurunan Rp 20,7 miliar pendapatan negara. Tidak hanya itu, bahkan di tahun 2020 hanya 25 persen dari jumlah wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia di 2019.
Tri mengatakan, pemerintah memiliki peran besar dalam menjembatani gap yang ada. Salah satu yang tengah dilakukan adalah melaksanakan program strategis untuk pemulihan sektor pariwisata di tanah air.
Saat ini Kemenkominfo melalui Direktorat Ekonomi Digital memberikan pelatihan langsung ke lapangan hampir selama satu bulan dengan tim yang mempunyai keahlian di bidangnya untuk melakukan pendampingan ke masyarakat desa yang menggeluti bidang pariwisata.
Selain itu, ada empat workshop yang diberikan, pertama, workshop pemberian materi desa wisata dan adopsi teknologi, media sosial dan konten kreator. Kedua, pemberian materi fotografi, videografi, dan drone agar orang desa bisa memetakan destinasi wisata mana saja yang layak dipublikasikan menjadi pariwisata desa. Ketiga, promosi desa wisata dan SEO analytic, maintenance; dan keempat, pemberian materi virtual tour event, storytelling atau copywriting.
“Melalui program ini, kami ingin mendidik generasi muda untuk memiliki skill tertentu di bidang pariwisata, dan bagaimana membuat kemasan pariwisata. Output-nya adalah video teaser, promosi, dan virtual event,” jelas Bambang.
Selanjutnya, Kepala Bidang Pengembangan Wilayah I Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tigor Johnson mengatakan bahwa ketersediaan infrastruktur dan aksesibilitas internet menjadi peran utama dalam transformasi digital. Namun, dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh APJII dalam membangun infrastruktur di Indonesia di antaranya adalah kondisi geografis yang menantang sehingga penyelenggaraan telekomunikasi menjadi sulit dan mahal. Sinergi dari semua pihak baik dari sisi infrastruktur, sisi regulasi di bidang telekomunikasi, dan sisi pengguna harus dilakukan dengan baik untuk menghadapi tantangan bersama menuju Indonesia 5.0.
“Membangun transformasi digital di sektor pariwisata ini tidak bisa hanya mengandalkan dari sisi pemerintah dan bisnis, tapi juga peran masyarakat dan komunitas,” kata Tigor.
Comments