Menu
in ,

Komitmen Amartha Berdayakan Wirausaha Perempuan

Pajak.com, Jakarta – Dalam rangka Hari Kartini, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menandatangani Women Empowerment Principle (WEPs) dari UN Women, sebagai komitmen pengarusutamaan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan dalam bisnis dan pembangunan.

Chief Risk and Sustainability Officer Amartha Aria Widyanto mengungkapkan, kesetaraan gender berkontribusi signifikan untuk memajukan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.

“Perekonomian di Asia Pasifik (diproyeksikan) dapat bertambah sekitar 4,5 triliun dollar AS pada tahun 2025 dengan mendukung kesetaraan gender,” ujar Aria melalui keterangan resmi yang diterima Pajak.com, Rabu (21/4).

Di sisi lain, lanjut Aria, Women Economic Forum melaporkan bahwa dibutuhkan waktu selama 99 tahun untuk mencapai kesetaraan gender di tingkat global. Namun, setelah adanya pandemi Covid-19 yang menghantam dunia, dibutuhkan waktu selama 135 tahun untuk mewujudkan kesetaraan gender.

Untuk itu, melalui penandatanganan WEPs, Aria ingin gerakan pengarusutamaan gender ini dapat turut menggugah pelaku usaha lain untuk bergabung dan menjadi bagian dari komunitas WEPs.

“Memberi kesempatan kepada perempuan untuk lebih sejahtera, merupakan sebuah lompatan untuk menciptakan kualitas pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan di Indonesia,” imbuh Aria.

Platform WEPs ini menawarkan perusahaan sektor swasta jaringan global yang berpikiran sama dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan wanita di tempat kerja, pasar, dan komunitas. Ada tujuh prinsip yang digagas oleh UN Global dan UN Women untuk memberdayakan perempuan yang bisa diadposi dan diimplementasikan perusahaan.

Pertama, membangun kepemimpinan perusahaan tingkat tinggi untuk kesetaraan gender.

Kedua, perlakukan semua wanita dan pria secara adil di tempat kerja—hormati dan dukung hak asasi manusia tanpa diskriminasi.

Ketiga, menjamin kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan semua pekerja perempuan dan laki-laki.

Keempat, mempromosikan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan profesional bagi perempuan.

Kelima, menerapkan pengembangan usaha, rantai pasokan, dan praktik pemasaran yang memberdayakan perempuan.

Keenam, mempromosikan kesetaraan melalui inisiatif dan advokasi komunitas.

Ketujuh, mengukur dan melaporkan secara publik kemajuan untuk mencapai kesetaraan gender.

Aria mengklaim, selama sebelas tahun berdiri, Amartha terus memberdayakan perempuan di tempat usaha dan komunitas.

“Dalam operasionalnya, setiap mitra usaha yang ingin mengajukan pembiayaan wajib membentuk kelompok yang terdiri dari 10-20 orang. Kelompok tersebut kemudian disebut sebagai majelis. Di dalam majelis ini, para mitra akan mendapatkan pendampingan dan konsultasi usaha secara rutin setiap minggunya bersama tim Business Partner Amartha,” jelasnya.

Amartha juga memberikan pelatihan usaha dan pelatihan keuangan agar mitra usaha mandiri juga terampil, dalam mengelola pendapatan untuk keluarganya, serta bangkit dari krisis di masa pandemi. Tak sampai di situ, pioneer perusahaan fintech peer to peer lending yang fokus memberdayakan perempuan pengusaha mikro di pedesaan ini memberikan layanan cek kesehatan secara gratis dan pembangunan sarana sanitasi dan kesehatan.

“Bila mitra atau keluarganya sakit, maka akan berpengaruh kepada usaha dan keuangan mereka. Beberapa pelatihan yang telah diberikan yaitu pelatihan alternatif usaha, modul kewirausahaan, dan modul mengelola keuangan,” kata Aria.

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Sosial Amartha tahun 2019, sebanyak 25 persen mitra Amartha dapat merekrut satu atau lebih orang ke dalam usahanya.

“Artinya, ada tambahan 87 ribu orang ke dalam angkatan kerja informal yang berkontribusi pada pendapatan keluarga mereka, dan 75 persen di antaranya adalah perempuan yang bekerja di sektor grosir kecil,” pungkas Aria.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version