Menu
in ,

E-commerce dan Startup Penolong Ekonomi Indonesia

E-commerce dan Startup Penolong Ekonomi Indonesia

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, e-commerce dan startup merupakan penolong Indonesia dalam melewati titik terendah keterpurukan ekonomi akibat pandemi COVID-19. Pembentukan modal tetap bruto tumbuh 3,74 persen di kuartal III-2021. Hal ini yang semakin memperkuat optimisme pemulihan ekonomi di tahun 2022.

“Perkembangan global telah mendorong ekonomi digital sebagai kekuatan baru. Tentu ini berdampak di sektor ekonomi dan kehidupan sehari-hari serta memberikan optimisme kepada pelaku ekonomi. Di masa pandemi, ekonomi digital khususnya e-commerce dan startup di Indonesia mengalami peningkatan. Sekitar 41,9 persen dari total transaksi ekonomi digital di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations selama tahun 2020 berasal dari Indonesia dan mayoritas disumbang oleh e-commerce,” kata Airlangga dalam webinar Economic Outlook, pada (22/11).

Ia menyebutkan, transaksi e-commerce, perbankan digital, dan uang elektronik diprediksi akan terus meningkat di tahun 2022. Di tahun 2021, transaksi e-commerce meningkat sebesar 48,4 persen dibandingkan tahun lalu, peningkatan uang elektronik sebesar 35,7 persen, dan perbankan digital sebesar 30,1 persen.

“Berbagai sektor berbasis digitalisasi juga mulai pulih, mulai dari transportasi dan pengiriman makanan (ride hailing), media online, travel, fintech. Bahkan, sektor edutech dan healthtech penggunaannya juga jauh meningkat. Berdasarkan laporan World Bank tahun 2020, pengguna aktif aplikasi edutech Indonesia tumbuh mencapai 200 persen,” kata Airlangga.

Ia lantas mengatakan, Kartu Prakerja adalah contoh program edutech pemerintah yang telah diakses oleh lebih dari 75 juta masyarakat. Tren peningkatan serupa juga terjadi pada sektor kesehatan dalam bentuk telemedicine. Berdasarkan catatannya, saat ini Indonesia telah memiliki 2.306 startup serta memiliki 1 decacorn, dan 10 unicorn.

“Perkembangan startup tersebut berhasil menempatkan Indonesia dalam urutan ke-5 negara dengan jumlah startup terbesar di dunia. Artinya, ekosistem digital Indonesia sangat kondusif dengan berbagai upaya dan inovasi yang dilakukan. Indonesia masih membutuhkan satelit, fiber optic yang lebih memadai. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia ada  teknologi baru yang disebut low earth orbit satelit untuk internet. Ini sedang dijajaki. Secara global juga dibutuhkan,” jelas Airlangga.

Komitmen Indonesia mendukung pengembangan ekonomi digital dituangkan melalui perumusan white paper on digital for future economy dalam bentuk Indonesia Digital Roadmap 2021–2024, Making Indonesia 4.0, Cetak Biru Sistem Pembayaran Indonesia 2025, dan Action Plan Inovasi Keuangan Digital 2020–2024.

Airlangga yakin, membangun transformasi digital berarti menyiapkan Indonesia menghadapi bonus demografi di tahun 2030. Di tahun itu 64 persen dari penduduk Indonesia terdiri dari generasi usia produktif yang memiliki karakteristik sumber daya manusia (SDM) kreatif, adaptif, dan inovatif. Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital untuk 10–15 tahun ke depan.

“Industri berbasis teknologi dan digitalisasi menjadi engine of growth baru yang membutuhkan SDM yang bertalenta dan technopreneur. Peluang ini harus dimanfaatkan oleh generasi muda dan menjadi inspirasi untuk menggali potensi pengetahuan dan keterampilan,” kata Airlangga.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version