Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tercatat Rp 154,4 T, Capai 48,1 Persen dari Target
Pajak.com, Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan penerimaan dari sektor kepabeanan dan cukai sebesar Rp 154,4 triliun hingga Juli tahun 2024 atau mencapai 48,1 persen dari taget dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dtetapkan senilai Rp 321 triliun. Kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai itu tumbuh positif sebesar 3,1 persen apabila dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
“Dari sisi kepabeanan dan cukai, sampai dengan Juli 2024, Bea Cukai berkontribusi Rp 154,4 triliun lewat penerimaan bea masuk, keluar, dan cukai. Penerimaan bea masuk tercatat sebesar Rp 29 triliun atau naik 2,1 persen, yang didorong penguatan kurs dollar AS (Amerika Serikat) dan pertumbuhan nilai impor. Kemudian, bea keluar tercatat sebesar Rp 9,3 triliun atau naik 58,1 persen karena faktor kebijakan relaksasi ekspor komoditas tembaga,” jelas Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)/Bea Cukai Encep Dudi Ginanjar dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, (15/8).
Kenaikan juga terjadi di sektor cukai yang tercatat di angka Rp 116,1 triliun atau naik 0,5 persen karena adanya kenaikan produksi utama hasil tembakau (HT) Gol II dan III, dan kenaikan tarif dan produksi minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dalam negeri serta relaksasi penundaan pelunasan pita cukai.
“Selain kinerja penerimaan, kinerja fasilitasi dan kinerja pengawasan Bea Cukai hingga Juli 2024 juga menunjukkan hasil positif. Kinerja fasilitasi termasuk pemberian insentif kepabeanan tercatat sebesar Rp 20,6 triliun atau tumbuh 19,1 persen. Fasilitas kawasan berikat dan KITE memberikan dampak nilai ekonomi berupa ekspor sebesar 53,8 miliar dollar AS dan nilai investasi 2,04 juta dollar AS,” ungkap Encep.
Selain itu, kinerja pengawasan pun menunjukkan peningkatan jumlah penindakan yang mencapai 21.707 kasus, dengan komoditas utama berupa hasil tembakau; MMEA; narkotika, psikotropika, dan prekusor (NPP); tekstil; dan besi baja.
“Capaian positif Bea Cukai dari seluruh sektor tidak lepas dari kontribusi masyarakat. Kami pun akan terus mengoptimalkan kinerja untuk tumbuh positif, sehingga mendorong APBN dalam menjadi motor penggerak stabilitas ekonomi nasional,” imbuh Encep.
Secara umum, pendapatan negara menyentuh angka Rp 1.545,4 triliun atau 55,1 persen dari target, sedangkan belanja negara telah mencapai Rp 1.638,8 triliun atau 49,3 persen dari pagu. Meskipun terdapat defisit APBN senilai Rp 93,4 triliun, tetapi kondisi ekonomi masih mampu beradaptasi dengan tumbuh solid di angka 5,05 persen pada kuartal II-2024.
“Kinerja belanja APBN terus berfokus dalam memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, antara lain melalui pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, insfrastruktur, perlindungan sosial, energi, pertanian dan UMKM (usaha mikro kecil menengah),” imbuh Encep.
Comments