Akhir-akhir ini sering terdengar istilah FOMO dan YOLO. FOMO merupakan singkatan dari Fear Of Missing Out yang berarti suatu kondisi dimana seseorang merasa takut atau khawatir tertinggal dengan sesuatu hal, yang dikenal dengan istilah KuDet (Kurang Update) atau KuPer (Kurang Pergaulan). Sedangkan YOLO merupakan singkatan dari You Only Live Once yang berarti hidup itu hanya sekali maka harus dinikmati. Kedua istilah tersebut memberikan dampak negatif kepada anak muda dalam mengelola finansialnya.
Influencer sekaligus investment storyteller, Felicia Putri Tjiasaka menilai bahwa milenial dan gen Z cenderung memiliki banyak keinginan sehingga mendorong mereka bersifat boros. Menurutnya sifat boros tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu penggunaan media sosial yang membuat mereka dapat melihat kehidupan dunia yang lebih luas serta adanya e-commerce yang memengaruhi anak muda dengan mudah melakukan pembeliaan barang antar kota, provinsi, dan negara.
Dengan adanya istilah FOMO dan YOLO semakin mendorong anak muda untuk bersifat boros. Mereka menjadikan istilah tersebut sebagai prinsip hidup. Ketika memperoleh uang, mereka cenderung langsung menggunakan uang tersebut untuk membeli barang yang diinginkannya karena tidak ingin ketinggalan zaman dan berpikir bahwa uang yang dimiliki saat ini harus segera dinikmati, tanpa memikirkan menabung untuk kehidupan selanjutnya. Terlebih lagi saat ini anak muda cenderung menghabiskan uang yang mereka miliki dengan alasan sebagai self reward karena telah bekerja keras atau berhasil dalam melewati masa sulit, padahal hal yang dilakukannya adalah suatu pemborosan.
Comments