in ,

Lima Strategi BI Hadapi Kebijakan The Fed

Keempat, BI akan memperluas penggunaan local currency settlement (LCS) sebagai sarana untuk penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi bilateral dengan negara-negara mitra utama, khususnya Asia.

Kelima, BI memperkuat kebijakan internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, fasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan melalui kerja sama dengan instansi terkait, serta bersama Kemenkeu menyukseskan enam agenda prioritas jalur keuangan Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022.

Perry memandang, dampak kebijakan pengurangan likuiditas (tapering off) The Fed tidak akan sebesar kebijakan pengurangan pembelian aset dan surat utang (taper tantrum) pada 2013, baik untuk pasar global maupun Indonesia.

“Proses normalisasi kebijakan khususnya dari negara maju (Amerika Serikat) ini lebih berdampak kecil. Sebab dalam bank sentral The Fed melakukan sosialisasi, proses normalisasinya, hingga rencana untuk kenaikan suku bunga,” ungkapnya.

Baca Juga  Wamenkeu: Hampir Semua Investor Eropa Tekankan Prinsip ESG dan Ekonomi Hijau 

Dengan begitu, pasar dapat segera merespons dengan baik melalui sejumlah antisipasi kebijakan untuk meminimalisir dampak negatif yang berpotensi muncul ke depan. Khususnya bagi negara emerging market, seperti Indonesia.

“Kita terus menyiapkan bagaimana normalisasi proses dari kebijakan negara maju tetap dapat mendukung upaya bersama untuk pemulihan ekonomi,” tambah Perry.

Ditulis oleh

Baca Juga  Keuntungan dan Risiko Investasi pada Deposito Valas

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *