in ,

Ketidakpastian Ekonomi Masih Meningkat, Analis Ini Sarankan Pilih Saham Emiten Emas

Foto: Mirae Asset

Ketidakpastian Ekonomi Masih Meningkat, Analis Ini Sarankan Pilih Saham Emiten Emas

Pajak.com, Jakarta – PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia (Mirae Asset) menggelar Media Day: June 2025, pada (12/6/25). Dalam acara ini para analis memproyeksi kenaikan harga logam mulia seiring dengan ketidakpastian geopolitik dan makroekonomi yang meningkat, sehingga menyarankan investor untuk memilih saham emiten emas.

“Kami masih optimistis harga emas masih bisa menguat hingga 3.500 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ounce dalam jangka pendek, yaitu pada periode satu hingga dua bulan ke depan, karena ketidakpastian globalnya masih tinggi. Untuk itu, saham-saham emiten terkait emas bisa jadi pilihan trading jangka pendek,” jelas Research Analyst Mirae Asset Farras Farhan dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, (13/6/25).

Farras mencatat, harga komoditas emas global pada penutupan kemarin berada pada kisaran 3.340 dolar AS per troy ounce. Dibanding posisi akhir 2024, harga emas global berada pada level 2.620 per troy ounce. Artinya, harga emas sudah mengalami lonjakan lebih dari 27 persen

“Potensi kenaikan harga tersebut masih dapat terjadi seiring dengan prediksi rerata harga emas tahunan yang diprediksi dapat mencapai 3.100 dolar AS per troy ounce, sedangkan sejak awal tahun rerata harga emas masih di bawah 3.000 dolar AS per troy ounce. Dengan demikian, harga emas diprediksi masih dapat menguat tahun ini,” jelasnya.

Baca Juga  Investasi Saham Diminati Milenial dan Gen Z, Ini Aspek Pajak yang Perlu Diketahui  

Analisis itu diperkuat karena Juli 2025 terdapat momentum 90 hari masa suspensi tarif dagang Presiden AS Donald Trump terkait kebijakan perdagangan dan politiknya, Permintaan emas juga diprediksi akan naik menjelang perayaan Diwali di India pada Oktober 2025 yang biasanya turut mendongkrak harga emas global.

“Meskipun diprediksi naik dalam waktu dekat, harga emas bisa saja melemah pada akhir tahun ini karena adanya tambahan suplai produksi dari Australia dan penurunan permintaan emas dunia,” ujar Farras.

Analisis serupa juga diutarakan Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto. Sebagai instrumen safe have, harga emas akan kembali naik jika kondisi global masih diselimuti dengan ketidakpastian atau bahkan jika terjadi sentimen negatif.

“Terkait dengan tarif dagang Trump, pasar baru akan bereaksi jika keputusan tarif tersebut jauh di atas atau jauh di bawah acuan tarif yang sudah diwacanakan. Kalau nanti keputusan tarif impor barang Cina ke AS jauh dari rencana awal 30 persen dan sebaliknya tarif impor AS ke Cina 10 persen, maka baru akan ada perubahan di prediksi ekonomi dan pasar keuangan. Pelaku pasar global sudah mengantisipasi level 30-10 persen,” ungkap Rully.

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Herwin Hidayat mengakui prospek cerah harga emas masih dapat menguntungkan emiten terkait emas. Tahun 2026, harga emas diprediksi masih dapat menguat lagi seiring dengan permintaan emas dari publik yang tinggi di tengah ketidakpastian global.

“Untuk BRMS, setiap kenaikan harga emas dapat membuat kinerja keuangan lebih positif, bersama dengan faktor lain, yaitu peningkatan kapasitas produksi. Kami menargetkan produksi emas tahun ini naik menjadi 70.000-75.000 troy ounce dari 64.983 troy ounce pada 2024,” ujar Herwin.

 

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *