in ,

Ini Peta Jalan Hilirisasi di Indonesia Hingga 2040

Peta Jalan Hilirisasi di Indonesia Hingga 2040
FOTO: Setkab Republk Indonesia

Ini Peta Jalan Hilirisasi di Indonesia Hingga 2040

Pajak.com, Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia telah menyampaikan peta jalan (roadmap) hilirisasi di Indonesia hingga 2040 kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, DKI Jakarta, (30/1). Salah satu poin dari peta jalan itu, yakni hilirisasi membutuhkan investasi hingga 545,3 miliar dollar AS (setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200 per dollar AS) sampai tahun 2040.

“Presiden Jokowi mengapresiasi jajaran (Kementerian Investasi/BKPM) yang telah menyusun peta jalan (roadmap) hilirisasi investasi strategis dalam rangka mendorong transformasi ekonomi. Alhamdulillah, pekerjaan sudah selesai dan kami sudah laporkan dibagi menjadi 8 bagian dari 21 komoditas peta hilirisasi. Jadi selama ini kita bicara hilirisasi, peta jalan roadmap besarnya itu belum ada, dan alhamdulillah tadi kami sudah laporkan dengan total investasi sampai dengan 2040,” ungkap Bahlil dalam keterangan tertulis yang diterima Pajak.com.

Adapun 21 komoditas yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk dilakukan hilirisasi itu, yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas perak, aspal, minyak bumi, gas, sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu log, getah pinus, udang, perikanan, kepiting, rumput laut, dan garam. Dalam peta jalan hilirisasi, Kementerian Investasi/BKPKM memproyeksi potensi investasi hilirisasi di sektor mineral dan batu bara sebesar 427,1 miliar dollar AS; minyak dan gas bumi sebesar 67,6 miliar dollar AS; serta perkebunan, perikanan, kelautan, dan kehutanan sebesar 50,6 miliar dollar AS.

Baca Juga  Hal yang Perlu Diperhatikan sebelum Investasi Tanah

Selain itu, Bahlil mengungkapkan, skema hilirisasi nikel secara teknis akan dijadikan referensi untuk sektor lainnya. Dengan hilirisasi Indonesia akan fokus pada peningkatan nilai tambah.

“Tahapan-tahapannya juga sudah kita bahas (secara) teknis dan nikel sudah kita lakukan dengan baik. Jadi, prototype nikel yang kita lakukan hilirisasi ini yang akan kita pakai juga untuk di sektor-sektor yang lain, seperti timah, bauksit, kemudian oil and gas, kemudian tembaga. Tidak hanya di sektor itu, tapi juga di sektor perkebunan, pangan, perikanan,” urainya.

Secara simultan, Presiden Jokowi juga memerintahkannya untuk membuat skala prioritas dalam proses hilirisasi sekaligus target yang harus dilakukan selanjutnya.

“Katakanlah, sekarang kita menyetop nikel, kemudian bauksit, ke depan apalagi? Seperti timah, atau tembaga, sebentar lagi. Jadi ini yang akan kita lakukan,” ujar Bahlil.

Baca Juga  Syarat dan Cara Mengurus Perubahan HGB Jadi SHM

Ia menegaskan, hilirisasi merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, utamanya dalam proses menjadi negara maju pada tahun 2045. Seperti diketahui, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksi ekonomi Indonesia akan mencapai 8,89 triliun dollar AS di tahun 2045 dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) menargetkan, Indonesia harus mencatat pertumbuhan ekonomi 5,7 persen per tahun untuk mencapai target menjadi negara maju pada 2045 mendatang.

“Ingat, negara di dunia ini yang mempunyai sumber daya alam berbeda antara negara yang punya sumber daya alam yang tidak melakukan hilirisasi dengan yang melakukan hilirisasi. Kalau yang melakukan hilirisasi, percepatan pertumbuhan ekonominya dan menuju ke negara maju lebih cepat daripada yang punya sumber daya alam (tapi) tidak melakukan hilirisasi,” tandas Bahlil.

Pada kesempatan berbeda, Presiden Jokowi menegaskan, hilirisasi menjadi salah satu instrumen Indonesia untuk menjadi sebuah negara maju. Sebab ekspor barang jadi mendatangkan keuntungan lebih besar daripada barang mentah. Terbukti hilirisasi komoditas nikel.

Baca Juga  Pajak.com Sosialisasikan “Dari Sobat Pak Jaka”, Pandu Mahasiswa KOSTAF FIA UI Tuangkan Opini Lewat Tulisan

“Setiap ekspor bijih nikel mentah, negara hanya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 17 triliun. Berbeda jauh jika ekspor (setelah hilirisasi). Saya hanya ingin memberikan bayangan bahwa ekspor nikel dari Rp 17 triliun menjadi Rp 360 triliun, itu lompatan yang sangat besar sekali, apabila sudah menjadi ekosistem baterai dan mobil listrik akan memberikan nilai tambah, bukan puluhan kali tapi ratusan kali,” ungkap Jokowi dalam Peringatan HUT PDIP ke-50 yang disiarkan virtual, (10/1).

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *