Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, pertumbuhan investor ke depannya masih prospektif karena Indonesia memiliki bonus demografi usia produktif. Ia yakin, hal itu dapat terakselerasi jika semua pihak gotong rotong memperkuat edukasi mengenai pasar modal dan inklusi keuangan secara komprehensif.
“Secara umum, di era digital ini kami melihat generasi produktif sudah banyak yang masuk ke industri pasar modal. Tantangan berikutnya adalah bagaimana efisiensi industri ini membuat transaksi juga bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah investor,” kata Uriep.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia menambahkan, selain target investor saham di tahun 2022 BEI juga menargetkan 68 pencatatan efek baru dari seluruh instrumen, baik pencatan saham, obligasi, efek beragun aset (EBA), dana investasi infrastruktur (DINFRA), hingga exchange traded fund (ETF). Target itu meningkat dari 66 IPO di tahun 2021. Hingga tahun 2021, tercatat sebanyak 766 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI.
“Untuk total semua instrumen di 2022 (ditargetkan) ada 68 instrumen baru. Ini menunjukkan optimisme kita. Jika sebelumnya pada tahun 2020 terdapat 54 perusahaan tercatat di BEI yang berhasil meraih dana Rp 5,6 triliun, maka di tahun 2021, nilainya menjadi Rp 62,61 triliun yang terdiri dari 54 perusahaan atau naik 1.000 persen. Ini merupakan nilai penggalangan dana tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia,” kata Nyoman.
Bahkan, ia mengatakan, Indonesia masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak di Kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) selama 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2019. Di sisi lain, BEI juga memastikan akan mengakomodasi seluruh sektor untuk melantai di pasar modal tanah air.
“BEI tidak hanya berpihak kepada sektor-sektor tertentu. Semua sektor mudah-mudahanan akan bergerak, tapi preferensi sektor teknologi menggeliat,” tambah Nyoman.
Comments