Sri Mulyani mengatakan, upaya itu menjadi acuan bagi Kementerian Keuangan untuk mentransformasi dan membuat pelayanan publik yang inklusif dan modern. Salah satu transformasi yang dikejar adalah transformasi di bidang kesehatan agar lebih siap menangani semua krisis kesehatan.
Fenomena kedua adalah perubahan iklim. Saat ini negara-negara di dunia tengah fokus terhadap upaya mencegah dan mengatasi dampak perubahan iklim. Sebab, fenomena ini memiliki konsekuensi yang sama dahsyatnya dengan pandemi. Untuk menghadapi tantangan ini, seluruh dunia harus kompak bekerja sama karena perubahan iklim tak memiliki batasan negara. Kerja sama negara meliputi kontribusinya menekan gas rumah kaca lewat perjanjian Paris (Paris Agreement), menggunakan teknologi dan sumber daya yang lebih ramah lingkungan, serta memformulasikan kebijakan dan menyiapkan dana untuk mengatasi hal tersebut.
Sri Mulyani menegaskan, perubahan iklim adalah tantangan yang sangat pelik karena membutuhkan desain kebijakan, mengubah dari sisi kegiatan ekonomi dan masyarakat, baik investasi, konsumsi, yang lebih menyadari peranan untuk menjaga lingkungan dan mencegah memburuknya iklim.
Tantangan ketiga adalah menghadapi tren transformasi digital yang ke depan akan semakin dominan. Menurut Sri Mulyani, digitalisasi yang terjadi saat ini baru merupakan awalan. Ia berharap, generasi millenial di Indonesia ikut berkontribusi memberikan inovasi dan mengeksplorasi teknologi digital, tidak hanya sekadar mengadopsi teknologi digital dari negara lain. Apalagi, secara demografi Indonesia sebagian besar masyarakatnya merupakan segmen masyarakat muda yang cenderung lebih mampu beradaptasi.
Comments