Pajak.com, Bali – Pertemuan Presidensi G20 Indonesia resmi dimulai di Bali Nusa Convention Center, Bali, pada (9/12). Pertemuan dibuka dengan agenda Finance and Central Bank Deputies Meetings (FCBD) yang diisi dengan diskusi panel oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia, Sri Mulyani Indrawati; Menteri Keuangan India, Nirmala Sitharaman; dan Menteri Keuangan Italia, Daniele Franco. Dalam pemaparannya, Sri Mulyani mengungkap tiga tantangan utama pemulihan ekonomi dunia.
Pertama, pandemi COVID-19 masih menjadi tantangan besar bagi ekonomi dan investasi. Kedua, situasi makroekonomi dunia yang lebih kompleks. Beberapa contoh diantaranya kondisi fiskal yang semakin sempit, situasi moneter, hingga risiko inflasi tinggi.
“Beberapa negara memperketat kebijakannya, yang lain melonggarkan. Kompleksitas ini yang dibicarakan. Indonesia bertekad untuk mengatasi tantangan global yang masih akan muncul dan mencari solusi terbaik, memastikan bahwa semua negara dapat pulih bersama serta mendorong reformasi kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif pascapandemi,” kata Sri Mulyani.
Ketiga, perubahan iklim dan bagaimana sistem keuangan membantu menyelesaikan dampaknya. Sri Mulyani menekankan, pembiayaan mengatasi masalah ini bukan hanya tanggung jawab satu negara tapi seluruh negara.
“G20 telah memiliki gugus tugas yang khusus untuk membicarakan perubahan iklim. Bagaimana pembiayaan untuk teknologinya, lalu mekanisme transisi energinya,” ujarnya.
Untuk menjawab tiga tantangan pemulihan ekonomi dunia itu, maka tema Presidensi Indonesia di G20 yaitu ‘Recover Together, Recover Stronger’. Ada enam agenda utama yang menjadi diskusi utama dalam G20.
Comments