in ,

Sektor Pertambangan Indonesia Jadi Magnet Investasi

Arifin juga menyebutkan kebutuhan listrik untuk 53 smelter tersebut mencapai 5,6 GW dan berada di seluruh wilayah Indonesia. Diperlukan infrastruktur yang baik untuk mendukung kebutuhan listrik tersebut.  Hal ini tentu menjadi tantangan Indonesia ke depan, terutama bagaimana mendukung industri-industri tersebut dengan energi hijau.

“Kita perlu infrastruktur yang baik. Dan kebetulan juga, sumber-sumber energi bersih ini letaknya di wilayah timur. Tuhan Maha Adil, wilayah barat Indonesia sudah tumbuh, kemudian sekarang giliran wilayah timur, dan suatu saat kita akan mencapai keseimbangan, dan di sinilah kita bisa harapkan Indonesia bisa menjadi salah satu negara besar,” kata Arifin.

Program peningkatan nilai tambah mineral juga meningkatkan pertumbuhan daerah. Selain itu juga berkontribusi terhadap melonjaknya Penerimaan Domestik Bruto (PDB). Kontribusi sektor pertambangan minerba pada tahun 2018 melebihi pada tahun 2013, yaitu ekspor bijih nikel terbesar dilakukan dan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah smelter yang beroperasi.

Baca Juga  Kemenves/BKPM Terbitkan 8 Juta Nomor Induk Berusaha

Menurut Arifin, kebijakan peningkatan nilai tambah mineral berhasil melakukan transformasi ekonomi dan meningkatkan kontribusi terhadap PDB dari setiap mineral yang digali. Sehingga kontribusi sektor minerba tahun 2018, melebihi 2013, yaitu nikel memberikan kontribusi yang besar, dan terus akan meningkat dengan akan tumbuhnya smelter-smelter yang akan dibangun.

Di sisi lain, kontribusi industri logam dasar hasil transformasi pertambangan meningkat sejak implementasi program peningkatan nilai tambah pada tahun 2014 dan terus meningkat hampir dua kali lipat selama satu dekade sejak tahun 2010.

Ditulis oleh

Baca Juga  Moeldoko: Penerapan Perdagangan Karbon Harus Berjalan Optimal Sebelum Oktober 2024

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *