in ,

Pahami “Self-healing” dari Rhenald Kasali

  • Narasi orangtua yang kurang sesuai

Pangkal masalah dari fenomena ini sebenarnya berasal dari mayoritas orangtua yang masih suka memanjakan anaknya; memberi label negatif tertentu yang akhirnya tertanam hingga anak dewasa; dan orangtua yang suka memuji anaknya paling hebat. Padahal, di luar sana, mereka akan menemui anak lainnya yang lebih hebat, cantik, dan berhasil.

Anak yang dididik dengan narasi yang kurang sesuai itu akan menjadi pribadi sombong, mendominasi, dan mudah tersinggung. Rhenald menyarankan, orangtua perlu mendidik anaknya menjadi lebih kuat. Jangan tidak menghukum anak bila berbuat salah dan biarkan anak berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara jujur serta adil.

  • Terlalu cepat ambil kesimpulan untuk lari dari kesulitan 
Baca Juga  Jokowi: Saham Freeport Naik 61 Persen, 80 Persen Pendapatannya Masuk ke Negara

Rhenald menilai, banyak anak muda yang cepat mengambil kesimpulan untuk lari dari kesulitan. Akhirnya, healing digunakan sebagai pelarian. Padahal, anak muda harus paham, bahwa kemenangan orang hebat adalah ketika ia mampu memanajemeni hidupnya dengan baik—tangguh, pantang menyerah, serta kerja keras.

Contoh, ketika kuliah, mahasiswa memang sudah seharusnya mampu mengerjakan tugas, menyerap ilmu dari pelbagai dosen, beradaptasi dengan sistem kampus, bergaul, ikut organisasi, dan lainnya. Sebisa mungkin itu semua dijalani dengan seimbang dalam waktu yang bersamaan. Jangan sampai ketidakmampuan mengatur waktu, membuat lahirnya kesimpulan bahwa kita mengalami depresi. Hati-hati dalam membuat kesimpulan.

Nah, setelah menyimak penjelasan di atas, sekarang apakah kita benar-benar tetap membutuhkan self-healing?

Baca Juga  Wamenkominfo Soroti Urgensi Perlindungan Data Pribadi dan Privasi

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *