Menu
in ,

Luhut Imbau Perkantoran Terapkan WFH Antisipasi Omicron

Pajak.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau agar perkantoran kembali menerapkan work from home (WFH) untuk mengantisipasi terjadinya gelombang Omicron. Kasus COVID-19 akibat varian Omicron telah menyentuh angka 1.054 kasus pada 15 Januari 2022. Pemerintah juga memproyeksi puncak gelombang Omicron di Indonesia akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret 2022 mendatang.

“Berbagai langkah yang dilakukan, penegakan prokes (protokol kesehatan), dan akselerasi vaksinasi—itu sangat penting. Pengetatan mobilitas jadi opsi terakhir. Kami mengimbau, kalau di kantor tidak perlu 100 persen, ya tidak perlu 100 persen yang hadir. Diatur saja melihat situasinya, dilihat 75 persen untuk dua minggu ke depan, itu bisa dilakukan oleh asesmen kantor,” kata Luhut, dalam konferensi pers virtual usai rapat terbatas evaluasi PPKM, (16/1).

Kendati demikian, pemerintah tetap menyerahkan wewenang kepada masing-masing pimpinan perusahaan untuk menerapkan atau mengatur sistem WFH. Luhut menekankan, melalui upaya pembatasan karyawan yang bekerja di kantor, pemerintah berharap kenaikan kasus bisa tetap terkendali.

“Jika ada opsi WFH masih tetap mampu mencapai tingkat produktivitas, kita serahkan kepada pimpinan untuk melakukan asesmen sendiri. Saya mengimbau opsi tersebut bisa diambil,” kata Koordinator PPKM Darurat Pulau Jawa dan Bali ini.

Luhut juga mengimbau seluruh kementerian/lembaga (K/L) agar meminimalkan kegiatan rapat secara tatap muka. Menurutnya, rapat dapat dilakukan secara daring.

“Tapi kami tidak juga melarang untuk bertemu. Saya serahkan juga kepada teman-teman untuk melakukan asesmen sendiri,” kata Luhut.

Dasar imbauan itu karena terjadi peningkatan kasus akibat varian Omicron di Indonesia, yaitu menyentuh angka 1.054 kasus pada 15 Januari 2022. Luhut mengungkap, kenaikan kasus ini mayoritas disebabkan oleh transmisi lokal. Kenaikan kasus didominasi di wilayah Jawa dan Bali, khususnya di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya.

“Meskipun terjadi peningkatan kasus cukup signifikan, namun sampai hari ini belum ada angka kematian akibat Omicron. Tapi berkaca dari negara lain, gelombang Omicron dapat meningkat dengan cepat. Berdasarkan prediksi yang kami lakukan, kami kembali memprediksi potensi naik lebih tinggi di Provinsi DKI Jakarta jika kita semua tidak hati-hati,” kata Luhut.

Ia menyebutkan, berkaca pada negara-negara lainnya, seperti Inggris dan Afrika Selatan telah melewati puncak kasus varian Omicron. Kemudian, kasus juga sudah mulai terlihat mendatar di Amerika Serikat atau Prancis. Sementara India, Thailand, Filipina masih terjadi peningkatan kasus cukup tinggi.

“Meski gejala lebih ringan dan risiko perawatan rumah sakit lebih rendah, tapi karena jumlah kasus lebih banyak dari varian Delta, jumlah perawatan rumah sakit dan tingkat kematian Inggris lebih tinggi dari Delta, hal ini harus kita hindari. Untuk itu, berdasarkan data yang kami amati, berangkat dari trajectory kasus di Afrika Selatan, puncak gelombang gelombang Omicron (di Indonesia) diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini. Saya mohon kita semua satu. Ini adalah alarm bagi kita semuanya untuk kembali awas (terhadap) varian COVID-19,” kata Luhut.

Di sisi lain, ia memastikan, pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus Omicron di tanah air lebih landai dibandingkan negara lainnya, sehingga sistem kesehatan tidak terbebani.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version