Menu
in ,

Litedex Protocol Fokus Bangun Konsep Meta Finance

Pajak.comJakarta – Besarnya minat berinvestasi di dunia metaverse, membuat Litedex Protocol memaksimalkan potensinya menjadi The Bridge of Metaverse Wealth, dengan fokus membangun pondasi sebagai pionir yang mengusung konsep Meta Finance.

“Memiliki tim IT yang unggul dan dukungan financial yang baik, Litedex saat ini sedang berproses mengaktifkan semua fitur-fitur favorit yang akan menjadi pilar Meta Finance,” kata Chief Executive Officer Litedex Protocol Andrew Suhalim dalam keterangan resminya, dikutip Pajak.com, Sabtu (5/2).

Setelah LDX Token yang sudah lulus tahapan audit Certik, kini platform karya anak bangsa ini akan segera mengaktifkan fitur Staking dan Farming. Andrew menambahkan, kedua fitur tersebut akan segera aktif dalam waktu dekat dan saat ini sedang dalam proses audit Certik. Untuk diketahui, Certik adalah perusahaan audit jaringan blockchain asal Amerika Serikat yang menggunakan teknik keamanan siber terketat dan menyeluruh.

Menurutnya, proses ini sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kredibilitas platform dan membangun kepercayaan para pengguna. Andrew menyebut, Staking dan Farming merupakan fitur favorit bagi investor karena bisa memberikan manfaat lebih dan menciptakan ekosistem yang sangat luas di alam metaverse.

Sementara itu, konsep Meta Finance yang diusung Litedex akan menjadi milestone bagi dunia kripto tanah air karena keseriusannya membangun platform besar multiblockchain pertama asal Indonesia.

“Litedex akan menjadi one stop exchange sehingga memberikan kemudahan bagi para user yang berselancar di metaverse,” harap Andrew.

Sebagaimana kita tahu, aktivitas bisnis di dunia Metaverse makin nyata dan terus berkembang ke berbagai sektor seperti properti dan perbankan. Salah satu indikatornya terlihat dari data MetaMatric yang menyebut bahwa penjualan real estate di dunia virtual 3D ini mencapai 501 juta dollar AS di tahun 2021 dan diproyeksikan akan meningkat dua kali lipat di tahun ini.

Betapa tidak, teknologi ini memang bisa memberikan pengalaman baru bagi setiap individu untuk beraktivitas dan berinteraksi jarak jauh secara virtual, tanpa harus meninggalkan zona nyaman mereka. Misalnya saja ingin membangun rumah sendiri, menukar aset gim on-chain, membuat aset NFT, membeli tanah virtual, hingga melakukan pertemuan profesional meski dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer.

Sektor perbankan pun kini mulai melirik teknologi yang diusung pendiri Facebook Mark Zuckerberg ini. Beberapa perbankan dari berbagai negara seperti Bank of America, Bank of Kuwait, Mecrobank di Swedia, Industrial Bank of Korea, dan Hana Bank serius masuk ke dunia digital ini, dengan membuka cabang di metaverse.

Mereka menganggap bahwa dunia metaverse sangat masuk akal untuk menghubungkan simpul-simpul dari berbagai teknologi. Untuk menyambut sumber ekonomi baru itu, Andrew mengatakan bahwa platform Decentralized Exchange (DEX) mesti berinovasi dan cepat beradaptasi terhadap pesatnya perkembangan teknologi di dunia metaverse.

Menurutnya, platform DEX harus bisa memberikan kemudahan bagi pengguna untuk dapat bertransaksi lebih cepat dan murah, sekaligus menyajikan skema distribusi token yang adil dan terbuka. Adapun DEX dimaknai sebagai bursa peer-to-peer (P2P) yang menghubungkan pembeli dan penjual aset kripto.

Dex juga dapat dianalogikan sebagai toko serba ada yang memberikan kemudahan untuk mengakses segala fitur di dunia metaverse, dengan hanya menggunakan satu akun wallet. Andrew menambahkan, pengguna bisa memanfaatkan platform DEX seperti Litedex untuk menjadi fasilitator yang memungkinkan pengguna dapat menjual atau membeli aset digital, serta menukar aset kripto meski beda platform.

“Bisa disimpulkan bahwa Litedex Protocol akan memiliki peran penting dalam pengembangan Metaverse, karena user bisa mentransaksikan aset kriptonya dengan aman dan nyaman,” pungkasnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version