in ,

Bayang-Bayang Resesi Sebabkan Rupiah Melemah

rupiah melemah
FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah di pasar spot tembus ke angka Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir. Pada Rabu (6/7/22) rupiah spot dibuka di level Rp 14.996 per dollar AS, dan akhirnya melemah menjadi Rp 15.001 per dollar AS. Hal itu mengakibatkan rupiah melemah 0,04 persen dibandingkan dengan penutupan pada Kamis (9/6/22) di Rp 14.994 per dolar AS. Kekhawatiran investor akan adanya resesi menyebabkan rupiah melemah terhadap dollar AS.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menunjukkan kekhawatiran para investor akan kondisi perekonomian saat ini. Dalam beberapa hari terakhir kurs rupiah melemah dan tembus Rp 15.000 per dollar AS.

Baca Juga  Wapres: Pengembangan Industri Hijau dan Inovasi Digital Percepat

Bhima mengatakan, rupiah masih dibayangi sentimen negatif di pasar saham sehingga terus melemah. Menurutnya, investor mencermati risiko kenaikan Fed Fund Rate terhadap Indonesia sehingga melakukan penjualan aset berisiko tinggi.

“Data inflasi Juni yang cukup tinggi sejak 2017 juga memicu kekhawatiran akan terjadinya stagflasi. Apalagi BI masih menahan suku bunga acuan dan berimbas makin tinggi risiko di pasar,” kata  Bhima.

Selain bayangan resesi, cadangan devisa diperkirakan akan makin tertekan di saat arus modal keluar tinggi sekaligus kinerja ekspor komoditas mulai terkoreksi. Bhima menyarankan, seharusnya bank sentral mulai menaikkan suku bunga acuan seiring dengan yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat atau The Fed secara agresif. “Ditahannya suku bunga acuan membuat spread imbal hasil US Treasury dengan surat utang SBN semakin menyempit,” ujarnya.

Baca Juga  Kemenkeu: Alokasi Anggaran Pendidikan Capai Rp 4.006,1 Triliun Periode 2015-2023

Sejalan dengan Bhima, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menyampaikan, penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS karena ada kekhawatiran investor akan adanya resesi di berbagai negara. Kekhawatiran itu kemudian menjadi sentimen risk-off bagi para investor. Tak hanya Indonesia, kekhawatiran resesi juga memengaruhi mata uang negara berkembang lainnya dan Asia sehingga mendorong mata uang Asia termasuk rupiah melemah terhadap dollar AS.

Bayang-bayang resesi di berbagai negara, investor memilih untuk mengalihkan dananya ke instrumen safe haven. Peningkatan permintaan tersebut pun terlihat dari tingginya permintaan obligasi AS. “Yield US Treasury turun 7 basis poin menjadi 2,81 persen.

Sementara menurut Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim, tren pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh sentimen negatif baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Kondisi perekonomian global yang semakin tidak menentu menjadi sentimen negatif utama yang berasal dari luar negeri.

Baca Juga  Jokowi Minta ISEI Siapkan Kajian Strategi Taktis Pembentukan Pasar Kerja 

Sejumlah negara pun telah mengumumkan kondisi darurat terhadap perekonomian mereka. Pada saat bersamaan, normalisasi kebijakan moneter melalui peningkatan suku bunga acuan yang agresif masih dilakukan oleh sejumlah bank sentral, tidak terkecuali The Fed..

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *