in ,

Bank Dunia: Teknologi Kunci Pemulihan Asia Timur

Bank Dunia: Teknologi Kunci Pemulihan Asia Timur
FOTO : IST

Pajak.com, Washington – Bank Dunia menyarankan agar negara kawasan Asia Timur berkembang mempercepat pengembangan inovasi teknologi di masa pemulihan ekonomi 2021. Apabila tidak, pertumbuhan ekonomi akan sulit tercapai dan peningkatan kemiskinan akan terus terjadi. Sementara, tantangan serta ketidakpastian perdagangan global terus membayangi.

Sebagai informasi, Asia Timur berkembang mengacu kepada 10 negara berpenghasilan menengah yang meliputi Kamboja, Tingkok, Indonesia, Laos, Malaysia, Mongolia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

“Inovasi adalah hal yang sangat penting bagi pertumbuhan produktivitas dan kemajuan perekonomian di kawasan Asia Timur berkembang, terutama di tengah dinamika dunia yang berubah dengan cepat. Kemajuan teknologi semakin menuntut terjadinya peralihan ke moda produksi yang baru dan lebih baik, demi mempertahankan kinerja perekonomian,” tulis Vice President Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa, dalam siaran pers yang Pajak.coterima, pada Kamis malam (25/2).

Baca Juga  Di KTT G20, Prabowo Beberkan Langkah Besar Pembangunan Berkelanjutan Indonesia

Menurutnya, banyak bukti yang menunjukkan keterkaitan antara inovasi dengan produktivitas yang tinggi. Sayangnya, tidak semua kawasan Asia Timur memiliki inovasi pesat, kecuali Tiongkok. Akibatnya, pendapatan per kapita negara kawasan ini (kecuali Tiongkok) cukup jauh dibandingkan negara dengan berinovasi tinggi.

“Sebagian besar perusahaan beroperasi jauh di belakang standar teknologi terdepan. Kawasan ini juga tertinggal dari negara-negara maju dalam hal intensitas penggunaan teknologi baru. Sebagian besar perusahaan di Asia Timur berkembang saat ini tidak berinovasi,” jelasnya.

Oleh karena itu, penulis dan peneliti laporan Bank Dunia Andrew Mason menyarankan, diperlukan model inovasi yang komprehensif untuk mendukung banyak perusahaan untuk mengadopsi teknologi baru. Bank Dunia mengidentifikasi beberapa faktor yang menghambat inovasi di kawasan ini, yaitu ketidakpastian proyek-proyek inovasi; kemampuan sumber daya manusia yang lemah; terbatasnya pembiayaan; kebijakan pemerintah tidak selaras dengan inovasi teknologi.

Baca Juga  Impor Susu Indonesia Naik 7,07 Persen, Capai 257,3 Ribu Ton per Oktober 2024

“Adalah penting bagi pemerintah negara-negara di kawasan ini untuk mendukung inovasi di bidang jasa, mengingat semakin pentingnya peran bidang jasa di negara-negara tersebut bukan hanya demi kualitas jasa yang lebih baik, tapi juga sebagai input utama bagi manufaktur,” tulis Andrew.

Di awal tahun, Bank Dunia telah meramalkan pasar dan ekonomi negara berkembang  di Asia Timur serta Pasifik pada 2021 akan tumbuh paling besar secara global. Rata-rata pertumbuhan ekonomi negara berkembang di wilayah ini mencapai 7,4 persen. Indonesia diproyeksi akan tumbuh sekitar 4,4 persen.

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *