Menu
in ,

Bahlil Lahadalia, dari Supir Angkot ke Kursi Menteri

Bahlil Lahadalia, dari Supir Angkot ke Kursi Menteri

foto : ist

Pajak.com, Jakarta – Ratusan warga mendadak kaya raya setelah menjual tanahnya kepada PT Pertamina untuk kepentingan proyek pembangunan kilang minyak New Grass Root Refinery (NGRR) yang bekerja sama dengan perusahaan Rosneft asal Rusia. Proyek kilang minyak dengan nilai investasi mencapai  Rp 210 triliun (kurs Rp 14.000 per dollar AS). itu sempat mangkrak selama empat tahun karena alotnya proses negosiasi dengan warga dalam proses pembebasan lahan seluas 841 hektare itu. Melihat proyek mangkrak dengan nilai investasi besar itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pun turun tangan langsung ke lapangan untuk mencari solusi kebuntuan itu.

Ia mendatangi langsung warga desa Sumur Geneng dan sekitarnya. Agar enak bernegosiasi dengan warga, Bahlil mengaku menggunakan deplomasi seperti yang ia lakukan semasa masih berkiprah di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi). Ia datang tanpa protokol ketat sebagai pejabat setara menteri dan membaur bersama warga. Ia bahkan menginap di desa itu.

Saya pakai mobil Avanza tanpa protokol, saya datangi Tuban. Sebab untuk membebaskan tanah itu banyak sekali masalah dan saya menginap di sana. Sekarang izin sudah selesai,” ujarnya dalam Rakernas Hipmi bulan lalu. Keberhasilan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal  membebaskan lahan itu juga yang membuat masyarakat Tuban menjadi kaya raya hingga viral di media sosial.

Bahlil adalah Ketua Umum Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) sejak tahun 2015. Ia dilantik menjadi Kepala BKPM pada 23 Oktober 2019 lalu. Sejak saat itu, kehidupannya boleh dibilang berubah 180 derajat. Ia yang terbiasa bepergian bebas kini harus beradaptasi dengan protokol yang selalu berjaga di rumah dan mengikutinya ke mana pun ia pergi. Bukan hanya untuk urusan pekerjaan, tapi juga pribadi. Ia bahkan tak bisa sering-sering pulang kampung ke Fakfak, Papua untuk menemui sang ibu. Beruntung, sang ibu yang sering berkunjung ke Jakarta.

Sebelum bergabung di Kabinet Indonesia Maju, pria kelahiran 7 Agustus 1976 ini merupakan seorang pengusaha dan mewakili kalangan profesional. Ia tercatat memiliki beberapa perusahaan di sektor perkebunan, properti, transportasi, pertambangan, dan konstruksi. Ia juga mengusahakan 11.000 hektar tambang nikel di Halmahera Maluku Utara.

Namun, perjuangan Bahlil hingga sukses seperti saat ini tidaklah mudah. Apalagi ayahnya yang berprofesi kuli bangunan dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci jelas tak mungkin mewariskan perusahaan. Namun, keadaan keras itulah yang justru menempanya menjadi sosok mandiri dan pekerja keras.

Bahlil memulai usahanya dari nol. Sejak kecil ia sudah belajar berjualan kue di lingkungan sekolahnya. Memasuki SMP, ia nyambi kerja sebagai kondektur, dan semasa SMEA ia menjadi sopir angkot paruh waktu. Hasil kerjanya ia gunakan untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya. Demikian halnya saat memasuki bangku kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay, Jayapura, Papua semua biaya ia cukupi sendiri. Orangtuanya awalnya bahkan tidak tahu Bahlil melanjutkan kuliah. Untuk mencukupi kuliah, ia menjadi pendorong gerobak di pasar sembari menjadi penjual koran.

Di kampus itulah, memalui berbagai organisasi mahasiswa yang ia ikuti, leadership dan mainset kewirausahaan Bahlil terbentuk. Selama kuliah ia sepat menjadi karyawan kontrak Sucofindo. Selama satu tahun bekerja, saat itu ia bisa memberikan profit kepada perusahaan waktu itu Rp 10 miliar lebih. Ide-ide Bahlil pun terbilang out of the box.

Selesai kuliah, ia membangun satu perusahaan konsultan dan teknologi informasi dengan teman-temannya di Jakarta. Ia menjadi direktur wilayah Papua hingga perusahaannya pun berkembang dan kini ia memiliki beberapa perusahaan.

Bahlil pun memandang, untuk menjadi pengusaha yang dibutuhkan ke adalah by desain, bukan by nasab atau by nasib. By desain itu adalah gabungan by nasab dan by nasib, dan harus berbasis akademi. Sebab, kompetisi di dunia enterpreuner saat ini tidak bisa masuk ke konsep, tapi harus betul-betul dirancang secara dini, desain secara dini, agar bisa dieksekusi dengan baik sesuai dengan gol yang direncanakan.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version