BPDPKS: Kinerja PNBP Sektor Sawit Rp 15,88 T
Pajak.com, Jakarta – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melaporkan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor sawit mencapai sebesar Rp 15,88 triliun hingga Juli 2024. Kinerja itu berkontribusi 4,6 persen dari total capaian PNBP nasional yang senilai Rp 338 triliun.
Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana dan Plt Direktur Kemitraan BPDPKS Kabul Wijayanto menjelaskan, BPDPKS memiliki tugas utama untuk menghimpun dan mengembangkan dana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dari pelaku usaha melalui pungutan ekspor. Dana yang dihimpun juga berasal dari dana lembaga pembiayaan, dana masyarakat, serta dana lain yang sah.
“BPDPKS merupakan BLU (Badan Layanan Umum), khusus capaian PNBP BPDPKS yang berasal dari PE (pungutan ekspor) hingga Juli 2024 sebesar Rp 15,88 triliun. Artinya, kontribusi sawit 31,3 persen terhadap PNBP BLU dan 4,6 persen terhadap PNBP nasional. Kebijakan PE telah berhasil mendorong hilirisasi yang tecermin dari komposisi ekspor dalam bentuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang terus menurun. Volume ekspor sawit ini mencapai 19,43 juta metrik ton,” jelas Kabul dalam diskusi bertajuk ‘Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian’, dikutip Pajak.com, (30/8).
Secara simultan, sektor sawit juga berkontribusi terhadap perekonomian melalui penyerapan tenaga kerja. Sektor sawit telah menyerap 2,4 juta petani swadaya dan sekitar 16 juta tenaga kerja.
“Sebanyak 4,2 juta merupakan tenaga kerja langsung dan 12 tenaga kerja kerja tidak langsung. Ini dapat terus mendorong PDB (produk domestik bruto) sektor perkebunan pada angka yang positif pada kuartal II-2024 sebesar 3,25 persen, sehingga PDB Indonesia pada kuartal II-2024 bertumbuh positif di angka 5,05 persen,” urai Kabul.
Ia pun menyebutkan, luas perkebunan sawit nasional tercatat seluas 16,8 juta hektare (ha) dari angka sebelumnya 16,38 juta ha. Peningkatan ituberkat Pemerintah Indonesia memberlakukan moratorium perizinan.
“Dalam rangka perbaikan kesejahteraan petani, BPDPKS juga mengupayakan riset sektor hulu, sarana dan prasarana terkait efisiensi biaya produksi dan transportasi serta dukungan terhadap ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) hingga pelatihan petani dan SDM (sumber daya manusia) industri sawit,” imbuh Kabul.
Comments