Pajak.com, Jakarta – Seiring perkembangan teknologi informasi, saat ini banyak orang menyukai budaya bekerja yang lebih fleksibel. Artinya, mereka memilih sebagai freelancer atau pekerja lepas yang tidak harus terikat kepada satu entitas pemberi kerja dan waktu bekerja pun lebih fleksibel. Apalagi sejak masa pandemi Covid-19 masyarakat mulai terbiasa dengan konsep remote working. Namun, sebagai bekerja bebas, seseorang tidak akan mendapatkan pemasukan tetap atau gaji bulanan layaknya karyawan tetap di suatu instansi, alias penghasilan tidak menentu. Karena itu, para freelancer harus punya trik mengatur keuangannya. Berikut ini Pajak.com memberikan trik cerdas mengatur keuangan para freelancer.
Pertama, buatlah sebuah daftar pendapatan dan pengeluaran tetap setiap kebutuhan. Sebagai pekerja dengan penghasilan tidak menentu, para freelancer wajib mencatat rata-rata jumlah pendapatan dan pengeluaran keuangan setiap bulannya. Terutama pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran rutin penunjang pekerjaan seperti, kuota internet, transportasi dan lain-lain. Kemudian, buat skala prioritas, sehingga tahu persis kebutuhan yang paling mendesak dan mendasar.
Kedua, para freelancer wajib memiliki dana darurat. Dana darurat ini berbeda dengan tabungan. Sesuai namanya, dana darurat hanya akan dipakai khusus untuk situasi yang genting atau situasi yang benar-benar mendesak. Dana darurat berfungsi untuk memitigasi risiko berkurang atau hilangnya pendapatan. Sementara tabungan adalah simpanan yang biasanya cenderung memiliki target yang lebih jelas. Misalnya, untuk perencanaan membeli aset atau properti, seperti rumah atau mobil. Menurut para pakar perencana keuangan, idealnya, jumlah dana darurat yang harus dimiliki seseorang adalah sebesar 12 kali dari jumlah pengeluaran rutin per bulanannya.
Ketiga, alokasikan penghasilan untuk menabung. Setiap kali memperolah penghasilan, sebagian ke rekening khusus, supaya tidak tercampur dengan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan cara itu, pengelolaan keuangan bisa lebih maksimal. Idealnya, jumlah tabungan yang harus disisihkan setiap bulannya adalah sekitar 10-20 persen dari penghasilan bulanan.
Menurut salah seorang pakar konsumen Clark Howard, menabung sebaiknya dimulai dari jumlah kecil terlebih dahulu asalkan rutin dilakukan. Jika belum terbiasa dengan alokasi tabungan 20 persen dari gaji, bisa memulai dengan 2 persen dari gaji. Pastikan persentasenya naik setiap bulan hingga mencapai minimal 20 persen dari gaji. Bahkan menurut Howard, first jobber harusnya mampu untuk hidup dari setengah gaji karena belum memiliki banyak tanggungan dan pengeluaran.
Keempat, biasakan beli barang sesuai kebutuhan. Penyakit utama saat memegang uang lebih adalah mudah tergoda untuk membeli barang. Umumnya hanya karena bentuknya yang lucu, bagus, atau sebatas keinginan saja. Padahal, sebenarnya tidak benar-benar dibutuhkan. Untuk itu, atur pendapatan bulanan secara efektif dan efisien dengan membeli barang sesuai kebutuhan dan budget yang ada. Ini untuk menghindari pengeluaran yang membengkak.
Comments