Menu
in ,

Rekomendasi Saham Perbankan Potensial untuk Investasi

Pajak.com, Jakarta – Saham-saham perbankan besar tanah air terus menguat sejak perdagangan pada akhir bulan lalu, baik pelat merah dan bank swasta. Beberapa bank mengalami peningkatan laba bersih sangat signifikan sejak tiga bulan pertama tahun 2022. Sejumlah analis menilai, kenaikan perbankan itu dipengaruhi oleh perbaikan kondisi ekonomi dan proyeksi kinerja kuartalan yang semakin membaik. Realisasi kinerja keuangan itu tentunya menjadi acuan dasar bagi para investor dalam memilih saham untuk dikoleksi. Berikut ini rekomendasi empat saham perbankan prospektus yang menurut para analis potensial untuk dikoleksi setelah Lebaran.

Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, sektor perbankan merupakan sektor yang memiliki daya tahan di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti serta cepat recovery, saat kondisi mulai pulih. Ia pun merekomendasikan agar investor empat saham perbankan big caps seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) untuk dijadikan dikoleksi investor sesudah Lebaran 2022 ini.

Sementara itu, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, secara umum pergerakan positif saham-saham perbankan masih menjadi kekuatan untuk menggerakkan indeks. Menurutnya, saham perbankan yang paling bagus dikoleksi sesudah Lebaran ini ada BBNI, BBRI, dan BMRI.

Hal senada juga diungkapkan oleh Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta. Ia meyakinkan, secara fundamental, domestik market cenderung solid dan dari sektor perbankan terjadi pertumbuhan yang cukup baik dari segi kredit, termasuk kredit investasi dan kredit konsumen. Empat saham yang direkomendasikannya adalah BBNI, BBRI, BMRI dan BBCA. Lantas seperti apa kinerja keempat bank yang menjadi sorotan tersebut?

Sebagai informasi, Bank BNI dengan kode emiten BBNI ini pada tiga bulan pertama tahun 2022 berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 3,96 triliun. Angka ini tumbuh 63,2 persen secara tahunan year on year (yoy). Laba bersih itu berasal dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun.

Dari sisi kualitas kredit, pencadangan kredit turun tajam sebesar 26,1 persen yoy. Sementara total penyaluran kredit sepanjang kuartal pertama 2022 tumbuh 5,8 persen yoy menjadi Rp 591,68 triliun. Adapun realisasi dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,4 persen secara yoy, dengan rasio dana murah atau Current Account and Saving Account (CASA) meningkat menjadi 69,2 persen dari periode sama tahun lalu 67,9 persen.

Adapun emiten BBRI atau Bank Rakyat Indonesia, mencatatkan kenaikan laba bersih konsolidasi sebesar 78,13 persen, menjadi Rp 12,22 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 6,82 triliun. Pada akhir Maret 2022, perolehan aset BRI Group tumbuh sebesar 8,99 persen yoy menjadi Rp 1.650,28 triliun. Di kuartal I tahun ini, penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43 persen yoy menjadi sebesar Rp 1.075,93 triliun. Secara umum, portofolio kredit UMKM BRI tercatat tumbuh sebesar 9,24 persen yoy dari Rp 826,85 triliun di akhir Maret 2021 menjadi Rp 903,29 triliun di akhir Maret 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM dibandingkan total kredit BRI terus terdongkrak menjadi 83,95 persen.

Selanjutnya adalah Bank Mandiri. Mengutip laporan keuangan perseroan yang dirilis akhir bulan lalu, laba bersih emiten berkode BMRI ini pada kuartal I-2022 melonjak 70 persen menjadi Rp 10 triliun. Kinerja positif itu ditopang oleh pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 8,93 persen atau mencapai Rp 1.072,9 triliun. Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 7,4 persen, yakni Rp 1.269 triliun, yang ditopang oleh kinerja aplikasi Livin’ by Mandiri yang mampu meningkatkan dana murah sebesar Rp 748,6 triliun atau tumbuh 10,93 persen.

Selain bank pelat merah, ada juga Bank BCA juga memiliki kinerja tak kalah moncer. Kuartal pertama tahun ini bank swasta ini membukukan laba bersih sebesar Rp 8,1 triliun atau tumbuh 14,6 persen secara tahunan yoy. Peningkatan ini ditopang antara lain dari peningkatan aktivitas kredit, transaksi, dan CASA (dana giro dan tabungan). CASA tumbuh secara berkelanjutan hingga 21,7 persen secara tahunan pada kuartal I-2022, sementara pendapatan bunga bersih net interest income (NII) mencapai 2,5 persen menjadi Rp 14,5 triliun. Total pendapatan operasional BCA tercatat sebesar Rp 20,4 triliun atau naik 6,9 persen secara tahunan. Selain itu, seiring dengan peningkatan kualitas aset, biaya provisi tercatat menurun 13,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version