Prospek Pasar Modal Indonesia 2025
Pajak.com, Jakarta – Volatilitas pasar saham Indonesia tahun 2024 ditutup dengan rekor tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 7.905. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, total investor pasar modal yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana meningkat menjadi 14,84 juta investor di tahun ini. Lantas, bagaimana prospek pasar modal Indonesia di tahun 2025? Kepada Pajak.com, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto memaparkan analisisnya berikut ini.
“Pasar modal Indonesia 2025 masih akan positif dengan prediksi IHSG pada level 8.000, bahkan di tengah potensi perang dagang. Prediksi positif pasar modal domestik tersebut terutama didukung oleh kuatnya dua faktor makroekonomi dalam negeri, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga,” ujar Rully, (1/1).
Indikator Pendorong Pasar Modal Indonesia 2025
Ia menyebutkan bahwa berdasarkan Tim Riset Mirae Asset, harga bahan makanan diestimasi akan tetap stabil pada tahun 2025, selama tidak ada gangguan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi pangan. Rully bahkan menyebut, dampak kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11 persen menjadi 12 persen diperkirakan tidak signifikan. Pasalnya, bahan pokok dikecualikan dari PPN.
”Inflasi yang terkendali tersebut dapat memengaruhi faktor daya beli sehingga masih tetap terjaga, terutama pada sektor pangan yang akan menjadi pilar utama yang menopang daya beli masyarakat. Kami optimistis bahwa belanja masyarakat (belanja rumah tangga) akan tetap terjaga dan tumbuh stabil pada tahun mendatang,” ujar Rully.
Dengan dukungan inflasi terkendali yang diprediksi sebesar 2,8 persen pada 2025 dan faktor daya beli yang kuat, Tim Riset Mirae Asset memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan akan mencapai 5 persen dengan posisi suku bunga acuan 5,5 persen pada akhir tahun 2025.
”Ada ruang penurunan suku bunga acuan dalam negeri (BI rate) akan lebih terbatas akibat kondisi makroekonomi global, terutama tantangan dari kebijakan ekonomi pemerintah AS (Amerika Serikat) yang baru,” ungkap Rully.
Ia memprediksi kebijakan ekonomi AS yang lebih berorientasi ke dalam (inward-looking). Hal ini berpotensi memicu perang dagang dengan mitra dagang utama yang dapat mengganggu aktivitas perdagangan global.
“Selain itu, kebijakan tersebut juga diperkirakan memicu inflasi di AS dan mempersempit ruang penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (Federal Funds Rate/FFR), yang pada akhirnya memperkuat nilai tukar dollar AS di pasar global, yang berdampak pada perekonomian negara, berkembang termasuk Indonesia,” kata Rully.
Kendati demikian, Mirae Asset optimistis pasar modal Indonesia tetap memiliki prospek yang positif pada tahun 2025 karen fundamental ekonomi yang kuat.
”Kondisi global yang penuh tantangan diharapkan dapat dihadapi dengan kebijakan yang tepat dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan,” imbuh Rully.
Comments