Menu
in ,

Laba Sebelum Pajak Maybank Indonesia Capai Rp 944 M

Laba Sebelum Pajak Maybank

FOTO: IST

Pajak.com, Jakarta – PT Bank Maybank Indonesia, Tbk mengumumkan Laporan Keuangan konsolidasian semester pertama 2022. Dalam laporannya, Maybank mengumumkan Laba Sebelum Pajak (PBT) naik 23,9 persen menjadi Rp 944 miliar dari sebelumnya Rp 762 miliar. Adapun Laba Setelah Pajak dan Kepentingan Non-Pengendali (PATAMI) tercatat sebesar Rp 663 miliar, naik 30,0 persen dari Rp 510 miliar pada periode tahun lalu.

Peningkatan pada PBT dan PATAMI ini didukung oleh kondisi ekonomi yang berangsur membaik pada semester pertama 2022. Hal ini mendorong peningkatan terhadap kebutuhan akan pembiayaan. Kinerja tersebut dikontribusikan terutama dari penurunan provisi sehubungan dengan membaiknya kualitas aset, serta didukung oleh pertumbuhan kredit, penurunan biaya dana (cost of funds), dan biaya overhead yang terkendali.

Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, pihaknya bersyukur melihat pertumbuhan bank yang kuat di tengah momentum pasar yang kembali bergairah pada semester pertama 2022.

“Kami bangga terhadap kinerja kredit bank yang telah bertumbuh di sebagian besar segmen. Kami akan terus menerapkan strategi dan inisiatif untuk menjaga pertumbuhan jangka panjang pada portofolio kredit bank,” kata Taswin dalam keterangan tertulis Sabtu (30/7/22).

Taswin menyampaikan, bank mencatat Net Interest Income (NII) atau Pendapatan Bunga Bersih sebesar Rp 3,48 triliun. Hal ini didukung oleh pertumbuhan kredit ritel dan korporasi, biaya dana yang rendah, sejalan dengan pertumbuhan Current Account Saving Account (CASA) yang kuat sehingga mendorong Net Interest Margin (NIM), atau Marjin Bunga Bersih meningkat 18 basis poin menjadi 4,6 persen pada semester pertama 2022.

Sementara itu, Fee Based Income atau Pendapatan Non-Bunga, di luar pendapatan fee dari global market, naik 5,2 persen menjadi Rp 818 miliar dari Rp 777 miliar pada periode tahun lalu. Hal ini karena adanya pendapatan fee yang berasal dari lini bisnis ritel dan anak perusahaan. Adapun, fee terkait global market mengalami penurunan sebesar 69,2 persen disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar. Ini menyebabkan pendapatan fee-based turun 8,4 persen dibandingkan periode tahun lalu.

Seiring dengan peningkatan kegiatan bisnis dan perdagangan pada semester pertama 2022, total kredit bank tumbuh 8,1 persen menjadi Rp 106,81 triliun dari Rp 98,80 triliun pada periode tahun lalu. Pertumbuhan untuk semester pertama tahun 2022 merupakan yang pertama kalinya dicatat sejak awal pandemi, dan pertumbuhan tersebut dipimpin oleh segmen kredit global banking yang tumbuh 16,7 persen menjadi Rp 42,09 triliun dari Rp 36,07 triliun. Ada pun segmen kredit global banking juga tumbuh 19,4 persen secara kuartalan.

Total segmen kredit Community Financial Services (CFS) tumbuh 3,2 persen menjadi Rp 64,73 triliun dari Rp 62,73 triliun pada periode tahun lalu. Segmen kredit CFS ritel mencatat pertumbuhan sebesar 9,0 persen di seluruh segmen ritel menjadi Rp 35,95 triliun dari Rp 32,98 triliun, seiring dengan perbaikan daya beli masyarakat pada semester pertama 2022. Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terus bertumbuh sebesar 8,5 persen menjadi Rp 15,65 triliun dari Rp 14,42 triliun, serta pembiayaan otomotif anak perusahaan yang juga tumbuh 10,8 persen.

Selain itu, Retail Small and Medium Enterprises (RSME) atau UMKM tumbuh 5,0 persen menjadi Rp 12,65 triliun dari Rp 12,04 triliun, didukung kondisi ekonomi yang membaik. Namun demikian, kredit CFS nonritel turun 3,3 persen karena bank mengambil langkah untuk melakukan rebalancing pada portofolio kredit nonritel serta menerapkan kendali atas penyaluran kredit agar kredit yang disalurkan memberi manfaat bagi kelangsungan usaha, serta menjaga komitmen nasabah.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version