Kemudian, pada semester I-2021 BSI telah menyalurkan pembiayaan hingga Rp 161,5 triliun atau naik sekitar 11,73 persen dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 144,5 triliun. Porsi terbesar disumbangkan segmen konsumer yang mencapai Rp 75 triliun atau setara 46,5 persen dari total pembiayaan. Adapun segmen korporasi sebesar Rp 36,7 triliun atau sekitar 22,8 persen. Kemudian segmen usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang mencapai Rp 36,8 triliun setara 22,9 persen dan sisanya segmen komersial Rp 10 triliun atau sekitar 6,2 persen.
“Pada segmen UMKM, BSI akan melakukan ekspansi pada debitur yang memiliki kualitas bagus dan juga hasil refferal dari cabang. Perseroan akan mendukung segmen ini dnegan dana PEN (pemulihan ekonomi nasional) dan kredit usaha rakyat (KUR),” jelas Hery,
Kendati demikian, BSI tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan yang positif. Terbukti dengan tren penurunan non-performing financing (NPF) gross dari 3,23 persen pada semester I-2020 menjadi 3,11 persen pada enam bulan pertama tahun ini.
“Untuk meningkatkan prinsip kehati-hatian, BSI telah mencadangkan cash coverage sebesar 144 persen sampai semester I-2021. Sedangkan dari sisi liabilitas, penghimpunan DPK mencapai Rp 216,36 triliun, naik 16,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 186,49 triliun,” jelasnya.
BSI pun berhasil mencatatkan total aset sebesar Rp 247,3 triliun atau naik 15,16 persen dibandingkan tahun lalu.
Comments