Menu
in ,

Kenali Dulu Perbedaan Aset dan Liabilitas

Pajak.com, Jakarta – Anda mungkin pernah mendengar kata aset dan liabilitas dalam laporan keuangan, yang dapat menggambarkan posisi keuangan dari sebuah perusahaan. Namun, tidak sedikit yang masih gagal paham membedakan keduanya. Padahal, kedua istilah itu penting sebagai barometer untuk mengukur kinerja suatu usaha.

Orang yang masih awam, terkadang menganggap telah membeli sebuah aset, padahal sebetulnya ia menambah liabilitas dalam keuangan. Begitu pula sebaliknya. Nah, jika Anda sedang ingin memulai usaha, ada baiknya kenali dulu perbedaan aset dan liabilitas supaya bisa meraih cuan secara optimal.

Sebetulnya, aset diartikan sebagai sumber daya yang dimiliki dan dikuasai baik berupa uang kas, barang, atau bangunan. Sederhananya, aset adalah sumber-sumber ekonomi untuk menjalankan laju bisnis dan memastikan pertambahan nilai kekayaan bagi Anda. Pada umumnya, nilai aset selalu meningkat dari waktu ke waktu. Aset juga bisa memberikan imbal hasil (return) rutin setiap bulan atau setiap tahun.

Adapun aset dibagi menjadi tiga jenis, yaitu aset lancar alias mudah dicairkan, misalnya kas, surat berharga, persediaan barang dagangan, dan piutang; aset tidak lancar atau tetap seperti tanah, gedung, mesin, dan peralatan lainnya; serta aset tidak berwujud (intangible fixed assets) atau hak istimewa yang dimiliki dan punya nilai tetapi tidak memiliki bentuk fisik seperti hak paten, merek dagang, dan hak cipta.

Sementara liabilitas menurut definisi akuntansi dimaknai sebagai kewajiban yang muncul karena adanya transaksi atau terdapat peristiwa masa lalu, dan memiliki tempo pembayaran. Karena sesuatu yang diwajibkan, maka merupakan beban yang harus ditunaikan dan disisihkan dari dalam dompet atau arus kas usaha.

Liabilitas dapat menyedot anggaran keuangan Anda seperti biaya penyusutan, biaya perawatan rutin, dan biaya operasional. Bukan itu saja, liabilitas juga tidak menghasilkan cash flow. Pada laporan keuangan, kewajiban yang dimaksud ini biasanya terdiri dari utang jangka pendek, utang jangka panjang, pinjaman, dan provisi.

Namun, kenyataannya, keduanya punya benang tipis karena liabilitas dapat memiliki bentuk dan nilai yang sama dengan aset—baik berupa modal maupun barang. Tak heran, hal ini sering membuat wirausahawan salah paham dan menganggap liabilitas sebagai aset.

Sebagai contoh, jika Anda beranggapan membeli mobil adalah sebagai aset. Kendaraan roda empat itu bisa menjadi aset jika kita sewakan atau digunakan untuk pengemudi taksi daring. Dengan demikian, mobil yang kita beli itu bisa menambah pundi-pundi secara rutin, dan dimanfaatkan untuk menutup biaya kewajiban (liabilitas) seperti perawatan, pajak, dan cicilan jika dibeli secara kredit.

Pada contoh lainnya, kendaraan bisa menjadi aset jika sangat antik dan hanya ada dalam jumlah sangat terbatas. Dengan begitu, ketersediaan yang beredar sangat sedikit dan harganya di masa depan dapat meroket karena diburu oleh kolektor mobil. Di sisi lain, jika mobil itu hanya kita gunakan sebagai aktivitas sehari-hari dan selalu membiayainya dengan membeli bensin serta perawatan suku cadang, maka sudah jelas digolongkan sebagai liabilitas.

Pun jika Anda membeli sebuah rumah atau apartemen yang dibiarkan kosong tanpa disewakan sehingga tidak memberikan imbal balik, maka merupakan liabilitas karena harus memiliki pengeluaran rutin seperti perawatan, pajak, atau angsuran. Sebaliknya, jika rumah atau apartemen disewakan, maka Anda mendapat imbal balik bahkan bisa menghasilkan cuan secara teratur.

Jika sudah dapat mengetahui perbedaan keduanya, maka Anda bisa menyisir kembali barang-barang yang dibeli apakah sekadar kebutuhan konsumtif atau produktif. Selain itu, aset dan liabilitas punya dua sisi yang berbeda, dengan begitu ekuitas Anda akan lebih produktif dengan membeli lebih banyak aset dibandingkan liabilitas.

Keuntungan lainnya, Anda bisa berhati-hati dalam memilih instrumen investasi yang beragam dan seringkali menjebak sehingga malah menambah liabilitas. Dalam hal ini, Anda akan lebih mempertimbangkan apakah setiap pengeluaran dalam membeli barang akan menjadi aset atau liabilitas ke depannya.

Sebab, kedua hal itu berhubungan langsung dengan kehidupan Anda sehari-hari. Kekayaan bertumbuh ketika Anda dapat memperbanyak kolom aset dan meminimalkan liabilitas. Di sisi lain, liabilitas tidak dapat dihindari, terutama bagi usaha yang baru merintis. Untuk itu, diperlukan manajemen liabilitas yang tertata rapi dan cerdas agar usaha yang Anda jalankan tidak kolaps.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version