Indonesia Tindaklanjuti Kesepakatan Presidensi G20
Pajak.com, Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajarannya untuk segera menindaklanjuti semua program, inisiatif, dan komitmen investasi yang telah disepakati pada pelaksanaan Presidensi G20 Indonesia. Ia menyebutkan, Indonesia akan tindaklanjuti kesepakatan Presidensi G20 226 proyek yang bersifat multilateral dengan nilai sebesar 238 miliar dollar AS, serta sebanyak 140 proyek yang bersifat bilateral dengan nilai 71,4 miliar dollar AS.
“Ini yang paling penting agar segera ditindaklanjuti dengan membentuk task force untuk menyelesaikan kesepakatan-kesepakatan. Semua harus dipastikan bahwa semua proyek program dan inisiatif ini segera dapat dieksekusi dengan cepat. Saya melihat saat di Bali itu energi positifnya kelihatan sekali. Oleh sebab itu, jangan sampai komitmen investasi yang sudah ada tidak bisa terealisasi di lapangan,” jelas Jokowi dalam Rapat Terbatas mengenai Evaluasi Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Kantor Presiden, Jakarta, (28/11).
Sejumlah komitmen investasi, antara lain pendanaan infrastruktur melalui skema Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) dan pendanaan pengembangan kendaraan listrik melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS). Selain itu, terdapat juga komitmen investasi dari Jepang, Inggris, dan Korea Selatan untuk membangun Mass Rapid Transit (MRT) DKI Jakarta; serta kolaborasi dengan Turki dalam pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.
“Saya melihat ini banyak sekali. Oleh sebab itu, perlu segera ada task force khusus, misalnya yang AS siapa (penanggung jawabnya). UEA atau Persatuan Emirat Arab (PEA) siapa, yang Korea Selatan siapa, yang Jepang siapa, sehingga semuanya bisa secara detail menindaklanjuti apa yang menjadi kesepakatan kita di Bali,” ujar Jokowi.
Di sisi lain, ia menyampaikan kegembiraannya atas keberhasilan Indonesia mengemban amanat presidensi G20 dan berhasil mengesahkan kesepakatan para pemimpin dunia yang tertuang di dalam G20 Bali Leaders’ Declaration.
Setelah menghadiri rapat, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, Indonesia akan menindaklanjuti tiga agenda prioritas hasil Presidensi G20. Pertama, di sisi transisi energi berkelanjutan, Indonesia akan menindaklanjuti kesepakatan Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform sebesar 500 juta dollar AS. Dana ini akan menggerakkan lebih dari Rp 4 miliar untuk pembiayaan percepatan pensiun dini pembangkit listrik tenaga fosil.
“Pihak yang akan mem-follow up itu dari sisi PLN (PT Perusahaan Listrik Negara) karena ini adalah menyangkut transisi energi dari nonrenewable ke renewable. Nanti kita akan bicara dengan berbagai IPP (independent power plant) yang selama ini bekerja sama dengan PLN dan bagaimana transisi energi yang perlu didukung dengan kebijakan, termasuk insentif-insentif baik perpajakan maupun nonperpajakan,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers.
Kedua, terkait arsitektur kesehatan global, KTT G20 Indonesia telah menyepakati pembentukan dana pandemi (pandemic fund) senilai 1,5 miliar dollar AS. Kesepakatan ini akan ditindaklanjuti oleh menteri kesehatan dengan menyampaikan proposal untuk penggunaan dana itu. Tidak hanya untuk Indonesia, namun juga kerja sama antarnegara. Ketiga, Indonesia menindaklanjuti komitmen inklusi keuangan berbasis digital.
“Selain sudah diluncurkan mengenai payment system kerja sama di antara negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), juga digital currency dari bank sentral yang tadi disampaikan oleh bapak gubernur BI (Bank Indonesia). Kita juga akan terus mendorong financial inclusion dan ini sangat penting terutama bagi lembaga-lembaga keuangan, baik yang bank maupun yang terutama nonbank yang basisnya digital,” jelas Sri Mulyani.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga memastikan, Indonesia akan segera menindaklanjuti kesepakatan yang dicapai secara detail pada rangkaian perhelatan Forum G20.
“Gawe besarnya selesai, tetapi kita perlu tindaklanjuti secara detail, termasuk kerja sama-kerja sama yang sifatnya dalam konteks pemulihan ekonomi global yang inklusif dan dari Indonesia untuk mendukung pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Kita mencoba menyinergikannya dengan kerja sama yang sifatnya bilateral dengan Indonesia, yang kita sebut Basket 2. Jadi, Basket 1 itu yang G20, pure (hasil KTT) G20. Basket 2, yaitu yang Indonesia lakukan dengan negara-negara di dalam G20 yang jumlah proyeknya ada 140 proyek dengan nilai sekitar 71,49 miliar dollar AS,” jelas Retno.
Comments