5 Tip Cerdas Investasi Saham di 2025 untuk Pemula
Pajak.com, Jakarta – Pada 2 Januari lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan sejumlah tokoh penting dari sektor keuangan, secara resmi membuka perdagangan bursa tahun 2025 di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam sambutannya, Sri Mulyani menyoroti pentingnya peran pasar modal dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah, menurutnya, berkomitmen untuk terus memperkuat pasar ini melalui berbagai langkah strategis, termasuk meningkatkan literasi masyarakat terkait investasi saham.
Seiring dengan komitmen pemerintah tersebut, minat masyarakat terhadap investasi saham juga terus tumbuh, terutama sebagai salah satu cara mencapai tujuan keuangan jangka panjang. Namun, di tengah euforia ini, para analis saham hingga BEI terus mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati. Lalu, bagaimana strategi cerdas untuk meraih cuan di pasar saham pada tahun 2025? Berikut Pajak.com sajikan lima tip investasi saham yang bisa diterapkan oleh pemodal pemula.
1. Pahami Dasar-dasar Investasi Saham
BEI menyatakan bahwa investasi saham harus dilakukan dengan bijak, menghindari spekulasi berlebihan yang bisa mengancam hasil investasi. Di sisi lain, SEVP Retail Markets and Technology BNI Sekuritas Teddy Wishadi mengungkapkan pentingnya pemahaman dasar sebelum mulai berinvestasi saham. Menurutnya, investor harus memahami analisis fundamental dan teknikal agar dapat membuat keputusan yang tepat.
Selain itu, penting untuk melihat pergerakan harga saham dan membaca laporan keuangan perusahaan sebelum membeli saham, terutama di tengah volatilitas pasar yang sering terjadi.
“Analisis fundamental dan teknikal yaitu kemampuan membaca grafik harga saham, menganalisis laporan keuangan perusahaan, dan memahami risiko investasi. Gunakan sumber daya edukasi tentang investasi saham yang tersedia secara online atau melalui platform investasi yang digunakan,” jelas Teddy, dikutip Pajak.com, Minggu (05/01).
2. Pilih Saham “Blue-Chip”
Teddy menjelaskan, saham blue-chip merupakan saham dari perusahaan dengan reputasi baik dan kinerja yang stabil. Sementara Indeks LQ45 adalah salah satu indeks yang terdiri dari saham-saham blue-chip. Saham-saham dalam indeks ini, seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang menurut Teddy, cenderung lebih aman bagi pemula karena memiliki likuiditas tinggi dan lebih tahan terhadap volatilitas pasar. Namun, ia mengingatkan bahwa investor sebaiknya tidak tergesa-gesa membeli saham blue-chip pada harga tertinggi.
“Sebaiknya sebelum membeli, investor melihat terlebih dahulu pergerakan harga saham dalam beberapa waktu terakhir,” imbuhnya.
3. Gunakan Platform Investasi yang Lengkap dan Mudah
Ia juga menyarankan agar pemodal memilih platform investasi yang menyediakan informasi lengkap serta fitur-fitur analisis yang memudahkan kegiatan investasi. Teddy juga menekankan bahwa penting bagi pemula untuk menggunakan platform yang sederhana dan mudah digunakan, seperti BIONS, yang menghadirkan berbagai fitur dan webinar gratis untuk memudahkan investor.
“Bagi para pemula, penting sekali untuk menggunakan platform investasi yang sederhana dan mudah digunakan,” ucapnya.
4. Mulailah dengan Investasi Periodik
Untuk mengurangi risiko dan memanfaatkan konsep rata-rata biaya perolehan (dollar-cost averaging), Teddy mengimbau investor untuk memulai dengan investasi periodik. Artinya, Anda dapat menginvestasikan jumlah uang yang sama secara berkala, misalnya setiap bulan, tanpa memandang fluktuasi harga saham. Dengan strategi ini, Anda dapat membeli saham secara berkala dalam jangka waktu tertentu, seperti setiap bulan.
Misalnya, daripada menginvestasikan seluruh dana sekaligus, Anda bisa mengalokasikan sebagian dari gaji atau Tunjangan Hari Raya (THR) untuk membeli saham secara bertahap. Konsep ini memungkinkan Anda untuk lebih tenang saat harga saham turun, karena pembelian lebih banyak saham dengan harga lebih murah dapat dilakukan di periode berikutnya.
Melalui investasi periodik, risiko fluktuasi harga saham dapat ditekan, dan investor bisa fokus pada tujuan investasi jangka panjang, seperti yang disarankan oleh para ahli.
“Berinvestasi jangka panjang berarti melakukan transaksi secara berkala dan tidak secara panik menjual di saat adanya penurunan harga saham. Selama periode transaksi secara berkala ini, investor dapat menggunakan waktunya untuk lebih dalam mempelajari tentang investasi dan informasi kinerja perusahaan,” tutur Teddy.
5. Diversifikasi Portofolio
Terakhir, Teddy juga menyarankan agar investor mendiversifikasi portofolio untuk meminimalkan risiko, dengan mengalokasikan dana yang dimiliki ke berbagai instrumen investasi. Dengan cara ini, risiko yang dihadapi dalam satu sektor dapat ditekan, dan investor dapat lebih terlindungi dari fluktuasi pasar yang tidak terduga.
“Dengan memerhatikan tip-tip ini, BNI Sekuritas berharap investor dapat memulai perjalanan investasi awal mereka dengan lebih percaya diri, serta akan lebih siap dalam menghadapi risiko ke depannya,” pungkasnya.
Comments