Menu
in ,

Sri Mulyani dan Yellen Bahas Krisis Energi dan Pangan

Pajak.com, Bali – Menteri Keuangan (Menkeu) Indonesia Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen, di sela-sela Pertemuan Ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank G20 (3rd Finance Ministers and Central Bank Governors/FMCBG), di Bali. Kedua pihak fokus membahas krisis energi dan pangan yang tengah menghantui dunia.

Sri Mulyani dan Yellen sepakat bahwa konsekuensi isu geopolitik yang belum mengalami deeskalasi menjadi penyebab krisis pangan dan energi yang sedang terjadi. Hal ini mengingat berbagai dampak yang ditimbulkan oleh konflik Rusia dan Ukraina, yang menjadi salah satu pemicu melambungnya harga energi dunia secara berkelanjutan.

“Konflik menyebabkan munculnya tantangan pada perekonomian global. Untuk mengatasi hal itu, berbagai opsi kebijakan perlu didiskusikan agar pasokan minyak dunia tetap terjaga dan harga minyak dunia dapat kembali kepada level sebelum konflik. Penanganan krisis pangan dan energi di dunia harus diakselerasi karena sejatinya siapa pun berhak untuk mengakses makanan dan energi secara terjangkau,” jelas Sri Mulyani dalam keterangan tertulis yang dikutip Pajak.com (18/7).

Di hadapan Yallen, Sri Mulyani menekankan pentingnya langkah konkret dan teknis untuk mendukung implementasi peralihan penggunaan pembangkit listrik ke sumber energi yang ramah lingkungan, utamanya terkait pembiayaannya. Maka dari itu, Indonesia telah meluncurkan kebijakan Energy Transition Mechanism (ETM) yang turut dicanangkan bersama Bank Pembangunan Dunia (Asian Development Bank/ADB).

“Indonesia mendukung implementasi peralihan energi melalui kebijakan Energy Transition Mechanism (ETM), tidak sebatas pada ranah konseptual,” kata Sri Mulyani.

Hasil perbincangan Yallen dan Sri Mulyani akan dibahas bersama dengan menteri terkait yang menangani sektor energi. Sri Mulyani memastikan, hasil pertemuan ini akan dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat dunia.

“Selaras dengan semangat Presidensi G20 Indonesia untuk terus bekerja keras dan berkontribusi dalam menangani berbagai permasalahan utama di dunia. Hal tersebut juga menjadi bukti nyata atas signifikansi dan relevansi peran Presidensi G20 Indonesia untuk mencapai pemulihan ekonomi global secara bersama, sejalan dengan arah tema Presidensi G20 Indonesia, ‘Recover Together, Recover Stronger’,” kata Sri Mulyani.

Pada kesempatan yang sama, Yellen mengapresiasi pertemuan dengan Sri Mulyani. Ia memastikan, AS bersama Indonesia telah sepakat untuk bekerja sama mengatasi krisis energi dan pangan.

“Saya ingin mengucapkan terima kasih pertama kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani atas kepemimpinan dan kemitraan pribadinya untuk memajukan kerja kritis G20,” kata Yallen.

Ia menuturkan, AS akan melanjutkan pembahasan mengenai bantuan terhadap masyarakat internasional yang terdampak konflik Rusia dan Ukraina. AS terus berupaya mengatasi krisis pangan dan penerapan batas harga minyak mentah Rusia.

“Keamanan energi dan pangan turut menjadi salah satu agenda utama AS dalam pertemuan internasional ini. G20 harus mengambil langkah-langkah untuk memberikan bantuan keuangan. AS telah komitmen untuk memberikan 2,6 miliar dollar AS lagi bantuan untuk mengatasi krisis pangan, setelah memberikan 2,8 miliar dollar sejak invasi Rusia ke Ukraina,” ungkap Yallen.

Secara simultan, AS mendorong Aliansi Global untuk Ketahanan Pangan (GAFS) untuk meningkatkan kerja sama antara kementerian keuangan G20 dan otoritas terkait, termasuk berupa peningkatan transparansi data.

“Kami juga memberikan 500 juta dollar AS dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan energi, kontribusi kepada Bank Pembangunan Afrika dan African Emergency Food Production (sebagai) upaya untuk menanggapi krisis, menunggu lebih banyak kerja sama dengan G20 dan di program lain,” kata Yallen.

Di sisi lain, AS telah mendorong para kreditur G20, termasuk Tiongkok, agar menyelesaikan restrukturisasi utang negara-negara berkembang yang sekarang tengah menghadapi kesulitan.

“Amerika Serikat akan memberikan hibah sebesar 70 juta dollar AS kepada IMF (International Monetary Fund) untuk pengurangan kemiskinan dan mendorong pertumbuhan, agar lebih memungkinkan IMF memberikan pinjaman tanpa bunga kepada ekonomi termiskin di dunia,” kata Yallen.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version