Menu
in ,

Spice Up The World dari Kemenparekraf bagi Pelaku Ekraf

Pajak.comJakarta – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggagas Program Indonesia Spice Up The World (ISUTW), untuk mendorong perluasan pasar kuliner Indonesia di mancanegara dan pertumbuhan ekspor pangan olahan—terutama bumbu—melalui pemanfaatan rantai produksi global serta perluasan produk. Pasalnya, meskipun Indonesia merupakan penghasil rempah berkualitas dan memiliki cita rasa masakan yang khas, keberadaannya belum cukup dikenal di pasar dunia.

Hal ini terlihat dari jumlah restoran masakan Indonesia di mancanegara, dan kemampuan Indonesia mengekspor rempah-rempah. Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, pada tahun 2019, Afrika mengimpor bahan pangan olahan sejumlah 29,1 miliar dollar AS, sementara Indonesia hanya mampu memenuhi 0,67 persen kebutuhan tersebut. Pun untuk pasar Australia, Indonesia hanya mampu memenuhi 3,87 persen kebutuhan pangan olahannya.

“Saya melihat ini adalah peluang. Pariwisata memang sedang mengalami tekanan, tetapi ekonomi kreatif selama manusia masih memiliki mulut dan perut, ini akan menjadi pasar yang sangat besar,” katanya saat Weekly Press Briefing secara virtual, Senin (19/7).

Sandiaga menjelaskan, program ISUTW menargetkan di tahun 2024 ada 4.000 restoran Indonesia hadir di luar negeri, serta peningkatan nilai ekspor bumbu dan rempah sebanyak dua kali lipat atau mencapai 2 miliar dollar AS.

“Di tahun 2024, Kemenparekraf menargetkan untuk melipatgandakan nilai ekspor. Dan juga mendorong kuliner Indonesia hadir di mancanegara dengan konsep Spice Up The World yang tentunya kita harapkan dapat membawa tren positif untuk tahun ini dan lima tahun ke depan,” imbuhnya.

Ia pun menyebut, beberapa bumbu yang akan dipromosikan adalah bumbu rendang, nasi goreng, sate, soto, serta bumbu pendukung lain seperti kecap manis dan kacang tanah. Sementara untuk rempah prioritas ekspor meliput lada, pala, cengkeh, jahe, kayu manis, dan vanila.

“Target-target ini boleh dikatakan sangat ambisius, tapi kami yakin ini bisa dilakukan. Karena, kami akan berkolaborasi tidak hanya dengan kementerian, tetapi juga diaspora,” ucapnya.

Sandiaga pun mengemukakan, salah satu langkah awal yang akan dilakukan pihaknya dalam waktu dekat untuk menyukseskan program ini adalah menerjunkan delegasi Kemenparekraf ke New York, AS. Ia beralasan, Indonesia memiliki peluang 20-25 persen dari pasar ekspor rempah-rempah ke AS, sekaligus peluang untuk memperbanyak restoran Indonesia dan mempromosikan bumbu-bumbu serta kuliner andalan Indonesia.

“Yang menjadi peluang besar adalah restoran, karena di sekitar New York ada sekitar 150 restoran Indonesia yang bisa berpartisipasi dalam target 4.000 restoran di Spice Up The World. Selain itu, Amerika juga punya populasi yang besar dan daya belinya sudah kembali. Jadi (negara ini) baik untuk ekspor rempah-rempah dan promosi kami melalui restoran-restoran yang sudah eksis,” ungkapnya.

Beberapa agenda yang akan dilakukan selama kunjungan kerja tersebut di antaranya melakukan pertemuan dengan KBRI Washington DC dan KJRI New York; melakukan penguatan jejaring dengan para pegiat kuliner, importir bumbu, dan pengusaha restoran; dan penguatan jejaring strategis lainnya seperti di bidang musik, wisata minat khusus, dan MICE sebagai persiapan Indonesia menjadi tuan rumah acara G 20 pada 2022.

“Ini perlu dilakukan mengawali genderang kita untuk Spice Up The World. Kami juga akan melakukan pertemuan bilateral terkait dengan usulan Indonesia yaitu International Year of Creative Economy for Sustainable Development yang sudah Indonesia gagas, tapi per hari ini kita belum menyiapkan kegiatannya. Sementara, Kolumbia, UEA sudah menyiapkan hal itu,” tambahnya.

Dalam roadmap Kemenparekraf yang sudah disiapkan, lanjutnya, salah satu upaya yang juga dilakukan adalah pendampingan pembiayaan untuk pembukaan restoran di luar negeri.

“Kami akan menggandeng Garuda Indonesia dan maskapai penerbangan lainnya untuk logistik, juga dari segi pembiayaan kami menunjuk BNI untuk memberikan fasilitas kepada restoran-restoran Indonesia yang ada di luar dengan syarat yang dilonggarkan,” katanya.

Sandiaga memastikan, meski ia tidak berangkat pada kunjungan kerja tersebut, tak mengurangi efektivitas program ini karena akan tetap mengikuti kegiatannya. Di sisi lain, ia pun meminta agar berbagai pemangku kepentingan bisa mendukung program ini lantaran ada tekanan ekonomi yang ditanggung oleh 20 juta masyarakat pelaku ekonomi kreatif dan 14 juta pelaku UMKM.

“Harapan kami agar semua merasakan sense of crisis, sense of humanity, dan sense of urgency. It’s our choice mau tunda program ini atau enggak, tapi pasarnya di sana dan sebagai pihak strategis saya harus membela 20 juta pelaku ekonomi kreatif yang sekarang ini sedang mengalami tekanan. Mereka membutuhkan pemerintah hadir, mengharapkan terbukanya peluang-peluang yang selama ini tidak hadir. Jadi penundaan tidak menjadi opsi, the show must go on,” pungkasnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version