Menu
in ,

PTPI Capai Produksi Pupuk Tertinggi, Laba Rp 2,32 Triliun

Pajak.com, JakartaPT Pupuk Indonesia (Persero) berhasil meraih laba sebesar Rp 2,32 triliun di tahun 2020. Perusahan memecahkan rekor produksi pupuk tertinggi, yaitu mencapai 12,26 juta ton atau 117 persen dari target.

Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman mengatakan, perusahaan juga mampu memproduksi produk nonpupuk di tahun 2020, seperti amoniak, asam sulfat, asam fosfat, dan produk lainnya yang mencapai total 7,12 juta ton. Sehingga total volume produksi, baik untuk pupuk maupun produk nonpupuk mencapai 19,38 juta ton atau 118 persen dari target.

Bakir menyebut, beberapa faktor yang mendorong peningkatan produksi adalah optimalisasi operasional pabrik-pabrik baru, yaitu Amurea II di Gresik dan PT Pupuk Sriwijaya Palembang (Pusri) 2B.

“Semua ini tidak mungkin terwujud tanpa kinerja direksi dan karyawan di anak-anak perusahaan yang mampu menjaga keandalan pabrik sehingga dapat beroperasi optimal selama 2020,” kata Bakir, melalui keterangan tertulis yang diterima Pajak.com, pada (1/6).

Kinerja penjualan pun menggembirakan. Total volume penjualan di tahun 2020, baik untuk produk pupuk maupun nonpupuk mencapai 14,37 juta ton. Rinciannya penjualan pupuk ke sektor PSO (public service obligation) sejumlah 8,43 juta ton;  penjualan ke sektor non-PSO sebesar 4,94 juta ton; dan penjualan produk nonpupuk sebesar 970 997 ribu ton.

“Perusahaan melakukan sejumlah inisiatif untuk meningkatkan efisiensi sehingga produk kita dapat bersaing dan memiliki penetrasi yang baik di pasar internasional maupun ke sektor perkebunan dan industri di dalam negeri,” kata Bakir.

Namun, ia memastikan, pemenuhan kebutuhan pupuk untuk sektor pangan dalam negeri masih menjadi prioritas. Hal itu untuk menjaga ketahanan pangan tengah pandemi Covid-19. “Sesuai amanah yang diberikan, kami tetap fokus pada pasokan pupuk untuk kebutuhan sektor pangan di dalam negeri,” tegas Bakir.

Dengan pencapaian itu, Pupuk Indonesia berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 71,87 triliun sepanjang tahun 2020.

“Komposisi pendapatan tersebut terdiri dari penjualan produk pupuk dan nonpupuk, penggantian biaya subsidi dari pemerintah, serta pendapatan dari bidang jasa. Angka ini masih berada di bawah target pemegang saham, walaupun masih cukup positif bila mengingat berbagai tantangan yang terjadi di tahun 2020,” kata Bakir.

Menurutnya, faktor belum optimalnya pencapaian itu karena jatuhnya harga komoditi urea dan amoniak di pasar internasional.

“Walaupun secara volume penjualan kita ke sektor komersil meningkat, namun karena harga komoditi turun hingga rata-rata 20 dollar AS dibandingkan tahun 2019, jadi cukup mempengaruhi perolehan laba,” tambahnya.

Adapun aset perusahaan tercatat senilai Rp 122,49 triliun dan perusahaan tetap mampu melaksanakan kewajiban pembayaran utang di tahun 2020.

“Jadi bila aset terlihat menurun dibandingkan tahun sebelumnya, itu adalah karena perusahaan berhasil melakukan pembayaran sejumlah utangnya meskipun di tengah krisis Covid-19,” jelas Bakir.

Di tahun 2021, Pupuk Indonesia menetapkan lima inisiatif strategis untuk mengimplementasikan transformasi bisnis perusahaan—sesuai arahan kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lima pilar itu, yakni Pupuk Indonesia harus menjadi perusahaan customer centric; mendorong riset; pengembangan dan inovasi; meningkatkan keandalan, efisiensi operasi, dan rantai pasok; mengamankan dan mengoptimalkan pasokan bahan baku; sustainability dan circular economy.

“Sebagai bagian dari transformasi bisnis perusahaan, kita akan meningkatkan pasar produk retail, meningkatkan kapasitas produksi, serta memperkuat digitalisasi di berbagai bidang,” tambahnya.

Beberapa program andalan guna menyukseskan strategi itu, antara lain program Agrosolusi, peningkatan kapasitas produksi; diversifikasi produk; perencanakan pembangunan pabrik baru di Pusri 3B di Palembang, pengembangan industri pupuk dan petrokimia di Kawasan Bintuni, Papua Barat.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version