Menu
in ,

Larangan Mudik Jadi Momentum Kebangkitan Ritel

Pajak.com, Jakarta – Penjualan ritel Indonesia terus menunjukkan tanda pemulihan, meski data pada Maret 2021 lalu masih terjadi kontraksi atau pertumbuhan negatif. Bank Indonesia (BI) melaporkan, penjualan ritel yang tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Maret 2021 sebesar 187,9. Naik 6,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).

Jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), masih terkontraksi 14,6 persen. Kontraksi sektor ritel ini sudah terjadi selama 16 bulan beruntun, yakni kali terakhir tumbuh positif secara tahunan adalah pada November 2019. Namun, sejak April 2021, penjualan ritel diperkirakan tumbuh positif baik secara bulanan maupun tahunan. BI menghitung, IPR pada April 2021 berada di 209,3, naik 11,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dibandingkan April 2020, terjadi pertumbuhan 9,8 persen. BI menilai, peningkatan penjualan eceran diprakirakan sejalan dengan daya beli masyarakat yang meningkat saat Ramadan, keadaan musim dan cuaca yang mendukung, serta banyaknya program diskon.

Meski prospek penjualan ritel ke depan masih sangat menantang, diharapkan larangan mudik bisa mendorong masyarakat perkotaan untuk dapat meramaikan pusat belanja di masa libur Lebaran. Para pelaku usaha ritel pun terus mengembangkan berbagai strategi penjualan yang kreatif untuk mendorong kinerja di masa pemulihan konsumsi ini. Misalnya dengan program Ramadan Sale, paket bundling Ramadan hingga live sale program.

Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Fetty Kwartati berharap, industri ritel bisa semakin membaik pada momen Lebaran 2021. Ia mengatakan tidak ada mudik membuat Lebaran ini kembali menjadi puncak kegiatan di pusat belanja. Terlihat dari kunjungan mal yang meningkat pada hari-hari ini jelang Lebaran.

“Kalau kita lihat 2020 ritel paling berat karena industri turun 70 persen-90 persen, di kuartal 2 ini ada perbaikan traffic di pusat belanja maupun pendapatan ritel, penjualan di supermarket meningkat, kebutuhan garmen meningkat,” jelasnya pada acara Squawk Box (Selasa, 11/05/2021).

Perkiraan itu diperkuat dengan data Bank Indonesia yang menunjukkan, indeks keyakinan konsumen (IKK) membaik dari 85,80 pada Februari menjadi 93,40 di bulan Maret. Fetty optimistis, kondisi ekonomi pada saat ini mulai membaik dan masyarakat mulai percaya diri untuk beraktivitas di luar rumah. Ia memprediksi, pada semester kedua tahun depan bisnis ritel mulai bangkit dengan dorongan dari pemerintah. Meski bisnis ritel diperkirakan kembali normal baru pada 2022 mendatang, dari hitungan bisnis Sarinah saat ini masih sesuai dengan rencana perusahaan meskipun BUMN ini masih merugi. Dilihat dari bujet 2021, baik dari pendapatan maupun operational expenditure masih  sesuai dengan prediksi.

“Rugi laba masih negatif berhubung revenue masih belum normal, masih ada pemugaran untuk capex (capital expenditure) Sarinah. Tapi ini masih on track, mudah-mudahan di Q4 kita bisa jaga revenue tapi kita bicara normal baru terlihat di 2022 dan 2023,” jelas Fetty.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version