in ,

Kinerja Ekspor dan Impor Indonesia Tembus Rekor Tertinggi

Langkah awal nyata dari program ini salah satunya dibuktikan dengan transformasi ekspor dari bijih nikel ke produk turunan besi dan baja (Fero Nikel). Berdasarkan unit value ekspor, nilai tambah yang didapatkan dari produk Fero Nikel mencapai 60 kali lebih besar dari nilai komoditas bijih nikel dan konsentratnya.

Peningkatan nilai tambah dalam aktivitas produksi juga tecermin dalam aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2022 berada di posisi 51,3. Posisi tersebut lebih tinggi dibandingkan level Februari 2022 yang sebesar 51,2, serta masih melanjutkan level ekspansi selama tujuh bulan beruntun. Kenaikan level PMI Indonesia sejalan dengan PMI Regional ASEAN yang juga mengalami ekspansi sebesar 51,7, di mana Singapura menempati posisi tertinggi (55,0) dan diikuti Filipina pada posisi kedua (53,2). Lebih lanjut, level PMI Indonesia masih berada di atas level PMI negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (49,6) dan Myanmar (47,1).

Baca Juga  Moeldoko: Penerapan Perdagangan Karbon Harus Berjalan Optimal Sebelum Oktober 2024

Airlangga mengatakan, kinerja PMI yang terus terekspansi ini turut mendorong ekspor sektor industri pengolahan yang pada Maret 2022 mampu tumbuh sebesar 23,99 persen (mtm). Sektor ini juga mendominasi komposisi ekspor Indonesia dengan porsi mencapai 72,69 persen dari total ekspor.

Sementara itu, dari sisi impor terlihat bahwa komposisi utamanya didominasi oleh golongan bahan baku/penolong dengan porsi sebesar 77,46 persen dengan peningkatan sebesar 32,60 persen (mtm) atau 31,53 persen (yoy). Disusul oleh impor barang modal dengan porsi mencapai 14,26 persen yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,31 persen (mtm) atau 30,12 persen (yoy). Selain itu, impor konsumsi tercatat hanya mencapai 8,28 persen dari total impor.

Baca Juga  PropertyGuru Indonesia Property Awards 2024 Perkenalkan Kategori Baru 

“Dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan bahwa impor Indonesia ditujukan untuk aktivitas produktif guna mendorong output nasional, sementara kenaikan pada barang modal menunjukkan perusahaan manufaktur terus mendorong ekspansi usahanya,” ujarnya.

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *