Menu
in ,

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI

Pajak.com, Jakarta – Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021. Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Juli 2021, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini sebesar 3,9 persen year on year (YoY), lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,3 persen YoY. Sedangkan, proyeksi sebelumnya pada bulan Januari lalu 4,8 persen dan pada Oktober tahun lalu bahkan ekonomi RI 2021 diproyeksi 6,1 persen.

Sementara itu, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global mencapai 6,0 persen pada 2021, tidak berubah dibandingkan WEO April 2021. Sejalan dengan hal tersebut, volume perdagangan global diprediksi tumbuh 9,7 persen di 2021.

Kepala Ekonom IMF Gita Gopinath mengungkapkan, penurunan proyeksi pertumbuhan ini seiring dengan gelombang infeksi Covid-19 yang meningkat sehingga ada pembatasan aktivitas. Terlebih dengan adanya varian delta yang membuat risiko ekonomi semakin meningkat.

“Kita tahu, Varian Delta adalah varian dominan saat ini, di seluruh dunia, dan itu telah memengaruhi proyeksi kami yang alami penurunan untuk negara berkembang Asia seperti India, terjadi karena varian Delta dan meningkatnya jumlah kasus yang kami lihat di banyak bagian dunia, termasuk di Indonesia dan Malaysia,” ungkapnya dalam laporan IMF, Rabu (28/07).

Ia menambahkan, pengendalian pandemi ini harus menjadi fokus utama seluruh negara karena kunci utama dari ekonomi saat ini adalah pengendalian Covid-19. Ia juga menyebut pemulihan dapat terjadi seiring meluasnya vaksinasi yang mulai bekerja di berbagai negara.

Menanggapi pemangkasan proyeksi ekonomi Indonesia oleh IMF, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu mengatakan bahwa hal tersebut masih dalam rentang proyeksi yang telah diumumkan oleh pemerintah.

“Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari IMF untuk tahun 2021 yakni 3,9 persen masih dalam rentang proyeksi Pemerintah pada 3,7-4,5 persen,” ungkapnya dalam keterangan tertulis.

Di sisi lain, dia menekankan, dalam proyeksi tersebut juga disebutkan bahwa pemulihan ekonomi global terjadi secara tidak merata, disebabkan oleh perbedaan situasi pandemi Covid-19, kecepatan vaksinasi, dan dukungan stimulus ekonomi. Apalagi dengan kehadiran varian Delta yang sangat menular menurutnya juga terus membayangi upaya pengendalian pandemi dan pemulihan ekonomi di banyak negara.

“Dan bahkan menjadi varian yang mendominasi di berbagai negara, seperti Indonesia, Inggris, Rusia, Malaysia, Thailand, dan Afrika Selatan. Oleh karena itu, banyak negara kembali melakukan pengetatan aktivitas,” imbuhnya.

Melihat hal tersebut, ia menjelaskan bahwa Indonesia akan berupaya keras dalam mempertahankan prospek perekonomian domestik sekaligus mengendalikan pandemi. Untuk itu, strategi Indonesia ke depan akan terus fokus dalam menurunkan angka kasus harian Covid-19, melindungi kesejahteraan masyarakat dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta terus meningkatkan daya saing.

Tidak hanya itu saja, Indonesia juga terus fokus pada kebijakan prioritas di bidang kesehatan, seperti percepatan vaksinasi, memperkuat 3 T, serta mendorong disiplin penerapan protokol kesehatan.

“Sementara itu, untuk membantu masyarakat terdampak di tengah penerapan kebijakan PPKM, APBN hadir memberi perluasan perlindungan sosial dan dukungan bagi UMKM, yang diiringi upaya percepatan penyalurannya,” pungkasnya.

Seiring dengan hal itu, Indonesia juga akan menangkap peluang baik dari prospek perekonomian global yang masih kondusif dengan cara menangkap peluang ekspor. Permintaan produk ekspor Indonesia diperkirakan masih baik seiring solidnya outlook pertumbuhan global. Hal ini bisa menjadi sentimen baik bagi prospek kinerja manufaktur pun untuk perhitungan pertumbuhan ekonomi ke depan.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version