Defisit APBN 2024 Capai 2,29 Persen, Tembus Rp507,8 Triliun
Pajak.com, Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 mencapai Rp507,8 triliun, atau sekitar 2,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan defisit pada 2023 yang hanya sebesar Rp337,3 triliun, atau setara 1,61 persen dari PDB.
“Sehingga APBN 2024 itu bisa kita tutup jauh lebih baik dari yang kita prediksi di pertengahan tahun, dengan defisit Rp507,8 triliun ini sangat impresif,” ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTA pada Senin (6/1/2025).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa meskipun angka defisit 2024 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, capaian tersebut lebih baik dari proyeksi yang disampaikan dalam laporan semester pertama (lapsem). Pada pertengahan tahun, defisit APBN sempat diproyeksikan mencapai Rp609,7 triliun atau sekitar 2,70 persen dari PDB. Namun, realisasi akhirnya lebih rendah.
Defisit APBN 2024 disebabkan oleh besarnya pengeluaran atau belanja negara yang melampaui pendapatan. Kemenkeu melaporkan bahwa pendapatan negara tahun 2024 hanya mencapai Rp2.842,5 triliun, sementara belanja negara melonjak hingga Rp3.350,3 triliun.
Pendapatan negara tersebut mencatatkan kenaikan 2,1 persen dibandingkan realisasi tahun 2023 yang hanya mencapai Rp2.783,9 triliun. Namun, belanja negara juga turut meningkat sebesar 7,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang tercatat sebesar Rp3.121,2 triliun.
Keseimbangan primer dalam APBN 2024 tercatat mengalami defisit sebesar Rp19,4 triliun. Meskipun defisit ini lebih kecil dari prediksi awal, tetap menunjukkan tantangan dalam menjaga kestabilan anggaran. “Jelas dibandingkan outlook lapsem yang diprediksi sangat buruk mencapai Rp110 triliun, ternyata defisit bisa realisasinya jauh lebih rendah bahkan lebih rendah dari APBN awal yang Rp25 triliun,” jelas Sri Mulyani.
Realisasi Asumsi Ekonomi Makro 2024
Capaian APBN 2024 juga ditopang oleh realisasi asumsi dasar ekonomi makro yang mendukung stabilitas fiskal. Berdasarkan data Kemenkeu, beberapa indikator penting dalam APBN 2024 adalah:
- Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,0 persen secara tahunan (year on year). Pertumbuhan ini didukung oleh permintaan domestik yang kuat serta penciptaan lapangan kerja baru.
- Inflasi tercatat pada angka 1,57 persen (yoy), lebih rendah dari target sebelumnya sebesar 2,8 persen.
- Nilai tukar rupiah mencapai Rp16.162 per dollar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun. Penurunan nilai tukar ini tetap diimbangi dengan alokasi belanja negara yang efektif sebagai shock absorber.
- Yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun berada pada level 7,0 persen, lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar 6,7 persen namun tetap aman dan terkendali.
- Harga minyak mentah Indonesia (ICP) tercatat sebesar 71,6 dollar AS per barel, mendekati target 82 dollar AS per barel.
- Lifting minyak mencapai 571,7 ribu barel per hari (BPH), sedikit di bawah target sebesar 635 ribu BPH.
- Lifting gas tercatat pada 973 ribu barel setara minyak per hari (BSMPH), di bawah target sebesar 1.033 ribu BSMPH.
Comments