in ,

Bappenas dan Universitas Stanford Sinergi Kembangkan Ekonomi Biru

Bappenas dan Universitas Stanford
FOTO: Bappenas

Bappenas dan Universitas Stanford Sinergi Kembangkan Ekonomi Biru

Pajak.com, Jakarta – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sepakat bersinergi dengan Stanford University Amerika Serikat (AS) untuk pengembangan ekonomi biru di Indonesia. Kerja sama itu disepakati dalam bentuk nota kesepahaman yang ditandatangani Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dan Dekan Doeer School of Sustainability selaku perwakilan Universitas Stanford.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, area kerja sama yang dijajaki antara kedua belah pihak meliputi perencanaan, pelaksanaan, maupun pemantauan dan evaluasi perkembangan ekonomi biru. Selain itu, sinergi pengembangan pengetahuan, kapasitas melalui pelatihan, penelitian, advokasi dan program atau proyek, termasuk di bidang pangan berbasis sumber daya kelautan (blue food).

“Bentuk kerja sama lain yang dilakukan adalah pembangunan internasional dalam pengembangan ekonomi biru yang relevan untuk Indonesia dan potensi kolaborasi lain yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pelaksanaan kolaborasi tersebut berlangsung selama tiga tahun yang dimulai sejak penandatanganan nota kesepahaman,” ungkap Suharso dalam keterangan tertulis, dikutip Pajak.com (29/4).

Baca Juga  Amartha dan CELIOS Luncurkan Fintech Media Toolkit

Ia memastikan, Pemerintah Indonesia berinisiatif untuk mendorong pengembangan ekonomi biru di Indonesia untuk menciptakan perekonomian yang tangguh serta berkelanjutan.

“Membangun ekonomi biru yang berkelanjutan dan sejahtera dapat berkontribusi pada peningkatan pendapatan dari kegiatan berbasis laut yang kemudian dapat disalurkan kembali untuk konservasi laut, mendorong mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat pesisir, dan melestarikan keanekaragaman hayati laut dengan pemulihan ekosistem laut dan pesisir,” ungkap Suharso.

Menurutnya, konsep ekonomi biru dikembangkan untuk menjawab tantangan sistem ekonomi yang masih cenderung eksploitatif dan merusak lingkungan, yaitu melebihi kapasitas atau daya dukung ekosistem.

“Inti dari ekonomi biru adalah sustainable development yang merupakan bagian sekaligus pengayaan dari ekonomi hijau dengan semboyan Blue Sky – Blue Ocean, di mana ekonomi dapat bertumbuh, rakyat sejahtera, namun langit dan laut tetap biru. Bersamaan dengan hal tersebut, ekonomi biru juga akan menjadi landasan strategi transformasi ekonomi Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Suharso.

Baca Juga  WIKA Harus Jadi Pionir Penerapan ESG Industri Konstruksi

Sekilas mengulas, konsep blue economy atau ekonomi biru pertama kali diperkenalkan oleh Gunter Pauli (ekonom asal Belgia) dalam bukunya The Blue Economy: 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs. Dalam bukunya, Pauli menyebut ekonomi biru sebagai model ekonomi untuk menggeser sumber daya energi yang langka serta berbiaya tinggi ke teknologi yang lebih sederhana dan bersih.

Secara umum, Bank Dunia mendefinisikan ekonomi biru sebagai rancangan optimalisasi sumber daya air yang bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pelbagai kegiatan inovatif dan kreatif dengan tetap menjamin usaha serta kelestarian lingkungan. Ekonomi biru bergerak dalam 19 prinsip yang diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yakni mengambil inspirasi dari alam dan perairan, mengubah cara kerja bisnis, dan hidup di teritori masing-masing.

Baca Juga  Indonesia Prima Luncurkan Primabiz, Dorong UKM Menuju Kesuksesan Global

Ditulis oleh

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *