in ,

AS Resesi, Menkeu Beberkan Dampak Bagi Indonesia

Kedua, inflasi di AS membuat otoritas moneter di berbagai negara melakukan respons kebijakan, yakni mengetatkan likuiditas dan meningkatkan suku bunga. Hal ini menyebabkan arus modal AS keluar dari pelbagai negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) hingga 21 Juli 2022, aksi jual investor asing menembus Rp 138,60 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Kepemilikan asing dalam SBN juga sudah menurun dari 38,5 persen pada 2019 menjadi hanya 15,39 persen per Juli 2022

“Kalau seandainya kenaikan suku bunga dan likuiditas cukup kencang, maka pelemahan ekonomi global pasti terjadi,” kata Sri Mulyani.

Secara simultan, kondisi geopolitik Rusia-Ukraina turut memperparah gejolak harga komoditas di seluruh dunia, mengingat kedua negara itu merupakan produsen terbesar energi dan pangan di dunia.

Baca Juga  Airlangga Tegaskan Rencana Aksi Kelapa Sawit Berkelanjutan

“Perangnya di Eropa, tapi dampaknya ke seluruh dunia. Krisis pangan, energi terjadi. Karena Rusia produsen energi yang termasuk terbesar di dunia. Maka inflasi yang muncul karena pemulihan ekonomi tidak diikuti supply, ditambah disrupsi perang, dunia tidak baik-baik saja. Inflasi di berbagai negara melonjak tinggi,” kata Sri Mulyani.

Di sisi lain, ia memastikan, kondisi Indonesia masih cukup kuat, tecermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang surplus Rp 73,6 triliun per Juni 2022. Realisasi penerimaan pajak di semester I-2022 (Januari-Juni) tercatat sebesar Rp 868,3 triliun atau mencapai 58,5 persen dari target Rp 1.485 triliun yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2022. Realisasi penerimaan pajak ini tumbuh 55,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Laju inflasi di tanah air pun masih cukup terjaga, yakni di level 4,35 persen hingga Juni 2022, jauh lebih rendah dibandingkan banyak negara lain yang inflasinya melambung hingga di atas 50 persen. Kendati demikian, Sri Mulyani memastikan, pemerintah akan tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi.

Baca Juga  Xiaomi Siap Kuasai Pasar EV dengan Peluncuran Sedan SU7

“Kita tidak jemawa. Kita tahu situasi masih akan sangat cair dan dinamis. Berbagai kemungkinan terjadi dengan kenaikan suku bunga, capital outflow terjadi di seluruh negara berkembang dan emerging termasuk Indonesia dan itu bisa memengaruhi nilai tukar suku bunga dan bahkan inflasi di Indonesia,” tambahnya.

Ditulis oleh

Baca Juga  Wamenkeu Tegaskan Indonesia Dukung Reformasi Kebijakan Ekonomi Hijau di CFMCA Laos

BAGAIMANA MENURUT ANDA ?

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *