Menu
in ,

Allianz Life Terapkan Transformasi Digital End to End

Pajak.comJakarta – PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) berkomitmen mendukung perkembangan dan pertumbuhan industri keuangan di tanah air, salah satunya dengan menerapkan transformasi digital secara end to end. Mulai dari proses pembelian polis asuransi dengan tatap muka digital, proses pembayaran dan aktivitas pascapembelian secara digital, klaim dan layanan transaksi digital untuk nasabah, sampai program loyalty.

Hal ini disampaikan Direktur & Chief of Partnership Distribution Officer Bianto Surodjo saat menjadi pembicara dalam Online Executive Program yang diselenggarakan oleh Islamic Financial Services Board (IFSB), baru-baru ini.

Ia mengemukakan, transformasi digital yang dilakukan Allianz Life Indonesia sejatinya diawali dengan berkembangnya sistem pembayaran digital, di mana ekosistem yang terbentuk dan keterhubungan telah meningkatkan kemudahan bagi para pengguna.

“Sementara industri asuransi akan mengalami perjalanan yang mirip dengan sistem pembayaran digital, dimulai dari pembentukan ekosistem, dan pengguna akan menentukan model operasi tersebut diterima dengan baik atau tidak,” paparnya, dikutip Pajak.comSenin (11/10).

Bianto menyebut, penyediaan customer journey yang sederhana—termasuk di dalamnya pembayaran—menjadi kunci untuk mencapai tujuan peningkatan angka penetrasi asuransi di Indonesia.

“Ketika membahas mengenai digital, saya ingin mengulangi bahwa digitalisasi tidak dapat diimplementasikan pada semua produk asuransi. Digitalisasi, tidak hanya dalam kerangka penjualan secara full digital, namun juga solusi digital yang sifatnya hybrid karena produk yang lebih kompleks masih memerlukan interaksi antar manusia dalam prosesnya,” urainya.

Sementara pada industri keuangan syariah, ia mengatakan Indonesia menawarkan peluang yang besar, karena memiliki jumlah penduduk yang besar yakni sekitar 270 juta jiwa, dan 87 persen penduduk adalah muslim.

Di sisi lain, asuransi menawarkan potensi yang menarik karena penetrasinya masih 3 persen dari PDB, sementara kontribusi syariah hanya 6 persen dari industri. Ia pun mengimbau agar industri perbankan dan jasa keuangan bisa menggunakan saluran dan cara yang tepat untuk menjangkau masyarakat Indonesia.

“Peran perbankan masih sangat penting, mengingat lebih dari 100 juta masyarakat Indonesia adalah nasabah bank. Bank juga dianggap kredibel bagi nasabah, sehingga bank atau bancassurance masih menjadi saluran yang sangat relevan bagi perusahaan asuransi yang ingin menjangkau sebagian besar Indonesia, termasuk Allianz,” imbuhnya.

Ia pun menekankan, diperlukan ekosistem syariah dan integrasi antara perusahaan asuransi dengan bank, institusi keuangan lain, fin-tech sampai dengan nasabah untuk mengakselerasi perkembangan asuransi syariah.

Hal lainnya yang tak kalah penting adalah edukasi mengenai keuangan dan asuransi syariah juga harus dilakukan secara berkesinambungan, serta dukungan pemerintah dan regulator untuk industri syariah sebagai pelengkap keseluruhan upaya ini.

“Kerja sama dan kolaborasi dalam menumbuhkan industri syariah dan digital di berbagai bidang perlu dilakukan, antara lain dalam hal dialog dengan regulator, pencegahan fraud, peraturan yang seimbang dengan industri lain agar seimbang antara perlindungan nasabah, perlindungan perusahaan asuransi, kecepatan dan stimulasi untuk inovasi yang harus dilakukan,” tutupnya.

Bertema “Managing Digital Transformation Risks for Islamic Finance Institutions (IFIs)”, program ini diikuti oleh para anggota IFSB dari berbagai negara. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta tentang risiko operasional, peraturan, pengawasan, pemantauan, termasuk penilaian dan mitigasi risiko komprehensif, serta implementasi terkait percepatan transformasi digital untuk perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan syariah lainnya.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version