Menu
in ,

Laksana Tri Handoko dan Dedikasinya pada Dunia Riset

Pajak.com, Jakarta – Setelah gagasan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) terkait peleburan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) disetujui DPR awal April lalu, maka Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang sejatinya menempel dengan Kemenristek resmi menjadi lembaga penelitian otonom. Jokowi pun telah memilih Laksana Tri Handoko, sosok yang dirasanya tepat menjabat sebagai Kepala BRIN. Pria yang akrab disapa Handoko ini dilantik Jokowi pada Rabu siang (28/4) di Istana Merdeka, Jakarta, bersamaan dengan pelantikan Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Investasi, dan Nadiem Makarim sebagai Menteri Dikbudristek.

Sebelumnya, Handoko menjabat sebagai Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak 31 Mei 2018. Belum lama menjabat, Handoko sempat menuai polemik karena menempuh kebijakan reorganisasi dan redistribusi di tubuh LIPI. Ia bahkan sempat diadukan ke DPR oleh para peneliti LIPI karena kebijakan itu akan membuat ratusan pekerja diberhentikan.

Handoko pun menepis tuduhan pemecatan pegawai LIPI. Ia menjelaskan, kebijakan tersebut bertujuan untuk mengurangi beban administrasi di peneliti dan aktivitas penelitian secara signifikan. Peneliti akan terlepas dari beban administrasi, di sisi lain tenaga pendukung penelitian akan punya jenjang karier lebih tinggi setelah dilakukan distribusi ulang di satuan kerja yang lebih tepat.

Pria kelahiran Malang, 7 Mei 1968 ini juga berambisi membuat LIPI lebih mengglobal tanpa harus membebani APBN. Caranya, dengan menunjukkan bahwa riset tidak selalu menjadi cost center, melainkan revenue center. Salah satu strateginya yakni peneliti khususnya peneliti senior berlomba-lomba mendapatkan dana riset eksternal dari luar negeri. Juga, mendatangkan diaspora jenius secara masif.

Di bawah komandonya, LIPI menorehkan berbagai capaian penting dan strategis baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Contohnya, sebanyak 227 hasil inovasi peneliti LIPI yang telah terdaftar paten serta 10 hak cipta atas perangkat lunak dan kompilasi di sepanjang 2019.

Dari sisi publikasi, tercatat sebanyak 2105 jurnal nasional dan internasional, prosiding, buku, serta artikel berhasil dipublikasikan. Lalu, dalam kegiatan eksplorasi kekayaan hayati Indonesia, peneliti LIPI berhasil mendeskripsikan 50 taksa baru (49 spesies dan satu sub spesies) fauna dan 34 spesies flora.

LIPI juga terus melakukan kolaborasi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berbagai pihak. Selama tahun 2019, tercatat 16 kolaborasi internasional dan 30 kerja sama dalam negeri. Untuk penciptaan rintisan usaha berbasis teknologi, selama 2019 telah ada 10 startup yang dibina oleh LIPI melalui skema inkubator teknologi.

Pada akhir 2020, LIPI menerima penghargaan dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM sebagai Peringkat Pertama Permohonan Paten Tertinggi Tahun 2019 Kategori Penelitian dan Pengembangan/BUMN.

Selama ini, Handoko dikenal sebagai seorang fisikawan teori dengan fokus penelitian teori fisika partikel. Bapak dua anak ini merupakan salah satu pionir dan penggagas Grup Fisikawan Teoritik Indonesia serta Masyarakat Komputasi Indonesia.

Handoko jatuh hati pada Fisika sejak bangku SMA. Katanya, hanya pelajaran itu yang dimahirinya. Setelah menamatkan SMA pada 1987, ia sempat berkuliah di jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung selama beberapa bulan. Namun, ia lebih memilih melanjutkan studi ke Jepang sebagai karyasiswa pemerintah Indonesia di bawah program OFP IV dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi di era B.J. Habibie.

Pada tahun 1993, Handoko meraih gelar Strata 1 bidang Fisika di Universitas Kumamoto Jepang. Sedangkan pada tahun 1995, ia meraih gelar Master di Universitas Hiroshima Jepang bidang Fisika Teori. Kemudian pada tahun 1998, ia memperoleh gelar doktor pada universitas yang sama.

Handoko memulai karier sebagai peneliti di lembaga-lembaga penelitian dunia. Tercatat dia pernah bekerja di The Abdus Salam International Center for Theoretical Physics ICTP, Italia, Deutsches Elektronen-Synchroton (DESY) Hamburg, serta Department of Physics-Yonsei University di Korea Selatan.

Kariernya di LIPI dimulai sebagai Kepala Grup Fisika Teori dan Komputansi Pusat Penelitian Fisika. Jabatan itu ia emban selama 10 Tahun, terhitung sejak 2002 hingga 2012. Lalu, dia diamanahi menjadi Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI dari 2012 sampai 2014. Ia terus setia kepada LIPI dan terus menunjukkan dedikasinya di dunia riset dan inovasi kepada negara hingga kini.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version