Menu
in ,

Ketua PBNU: Literasi Pajak Bagi Masyarakat

Pajak.com, Jakarta – Gaya keseharian KH Marsudi Syuhud tak jauh beda dengan ketika tampil di layar kaca atau di forum-forum publik. Bicaranya tegas dan blak-blakan. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini adalah pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah. Sebelum menjadi pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah, masa remaja Kiai Marsudi pun dihabiskan untuk menimba ilmu di pesantren. Tepatnya di Pondok Pesantren Al Ihya Ulumuddin, Cilacap, Jawa Tengah di bawah asuhan KH Mustolih Badawi.

Di Pesantren Ekonomi Darul Uchwah yang ia bangun, selain mengajar ilmu agama, Kiai Marsudi juga menggembleng para santri agar memiliki jiwa enterpreneurship. Pesantren ini berdiri daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mayoritas penghuninya para mahasiswa. Di lingkungan pesantren itu juga berdiri kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA). Meski berdiri di tengah-tengah perkotaan, Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah tetap layaknya pesantren NU pada umumnya. Atmosfer budaya dan karakter santri yang menjunjung tinggi kesantunan dan intelektual tetap terjaga.

Di zaman modern seperti saat ini, pesantren memang harus mampu menyesuaikan dengan perubahan zaman, tanpa kehilangan identitas dan ciri khasnya. Di tengah arus globalisasi yang mengandalkan profesionalisme dalam mengembangkan sumber daya manusia yang bermutu, manajemen pengelolaan lembaga pendidikan sesuai tuntutan zaman sangat penting. Maka Kiai Marsudi pun tak ingin santrinya hanya menguasai hukum-hukum ibadah, tetapi juga cakap dalam hukum ekonomi untuk pengembangan diri. Sebab faktanya, hukum ibadah dan hukum ekonomi bak dua sisi mata uang.

KH Marsudi Syuhud (Ketua PBNU) menegaskan, di mana ada pelaksaan ibadah, di situ ada aktivitas yang menggerakkan ekonomi. Sayangnya, banyak umat Muslim yang kurang menyadari hal itu. Terbukti, saat ini kondisi masyarakat Muslim di dunia rata-rata masih miskin. Berangkat dari fakta itu maka Kiai Marsudi memberikan guiden kepada santri-santri tentang berekonomi. Tentang manajemen, cara berusaha, cara menjadi enterpreneur. Pria kelahiran Kebumen 7 Februari 1964 itu ingin para santri nantinya menjadi masyarakat bisa berkontribusi membayar pajak dan membayar zakat yang besar.

Bagi Kiai Marsudi selaku Ketua PBNU, melalui pesantren yang ia pimpin, para santri yang memiliki berbagai latar belakang disiplin itu bisa membangkitkan ekonomi sesuai dengan bidang keilmuannya.

“Ketika santri-santri bisa mengkapitalisasi kemampuannya, itulah sesungguhnya yang akan menjadi penggerak ekonomi dan dapat nilai ekonominya. Bagi saya, tidak sekadar mengajarkan ilmu ekonominya, tetapi bagaimana mengkapitalisasi kemampuan mereka,” kata Kiai Marsudi kepada Pajak.com akhir Februari lalu.

Sosok yang akhir tahun lalu menerima penghargaan Moeslim Choice Award ini memang memimpikan umat Islam sebagai pembayar pajak terbesar di negeri ini. Seperti juga sering dikatakan pada forum-forum publik dan media, Kiai Marsudi menekankan pentingnya literasi pajak bagi masyarakat, termasuk Nahdliyin (warga NU). Menurut Kiai Marsudi, pajak sangat penting untuk membiayai pembangunan. Ia menekankan pentingnya mendidik agar masyarakat bisa memiliki kestabilan ekonomi dan menjadi warga negara yang taat pajak.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version