Menu
in ,

Membangun Literasi untuk Pembayar Pajak Masa Depan

Pajak.com, Jakarta – Generasi muda adalah pembayar pajak di masa depan. Oleh karena itu sudah seharusnya literasi perpajakan dikenalkan sejak dini. Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Organisasi  Asosiasi Tax Center Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (ATPETSI) Doni Budiono saat menjadi narasumber dalam acara peluncuran Pajak.com Writing Festival 2021 pada Kamis (29/7/21).

Budiono mengapresiasi inisiatif Pajak.com menggelar kegiatan inklusi perpajakan bagi generasi muda ini. Menurutnya, penerimaan pajak bukan kepentingan Kementerian Keuangan semata, melainkan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

“Saya tidak dapat membayangkan bagaimana kesulitan Kementerian Keuangan, khususnya DJP untuk mengumpulkan penerimaan pajak di saat kondisi ekonomi seperti ini. Saya yakin ini pekerjaan yang sangat berat. Di satu sisi negara membutuhkan dana untuk recovery kondisi yang sangat tidak baik ini,” kata Budiono.

Budiono mencontohkan, dalam dua tahun ini, di tengah pandemi COVID-19, pemerintah telah banyak memberikan fasilitas dan insentif untuk Wajib Pajak dan masyarakat. Misalnya bantuan sosial dan fasilitas insentif di bidang perpajakan bagi pelaku usaha. Semua fasilitas itu bersumber dari penerimaan pajak.

“Di satu sisi fasilitas ini baik untuk masyarakat, di lain sisi penerimaan dari DJP tergerus. Jadi untuk mencapai target memerlukan upaya yang sangat luar biasa,” kata Budiono.

Budiono menyampaikan, kegiatan literasi perpajakan sejak dini bisa dimulai dengan mengenalkan pajak melalui tulisan, komik dan teknologi audio visual. Namun, menurutnya membaca dan menulis saja belum cukup. Tetapi juga harus mempublikasikannya. Dan apa yang digagas oleh Pajak.com adalah sebuah upaya untuk menjadi fasilitator literasi tersebut.

Maka literasi perpajakan seperti ini sangat penting dari sejak usia dini. Dari usia balita mereka dikenalkan dengan komik-komik, di SD dikenalkan dengan pengetahuan pajak. Perpustakaan-perpustakaan banyak buku-buku perpajakan, media-media sosial, literasi pajak melalui teknologi visual,” ujar Budiono.

Senada dengan Budiono, Kepala Subdirektorat Penyuluhan Perpajakan P2Humas DJP Inge Diana Rismawanti juga mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh Pajak.com.

“Generasi muda perlu inklusi pajak berkesinambungan,” kata Inge.

Pada kesempatan itu, Inge juga mengenalkan berbagai terobosan yang dilakukan DJP. Misalnya Business Development Services untuk UMKM, membentuk relawan pajak melibatkan mahasiswa, dan inklusi perpajakan pada sekolah.

DJP juga melakukan berbagai inovasi. Di antaranya adalah inovasi pelayanan perpajakan melalui pengembangan back office 3C (Click, Call, and Counter) yang telah membuka empat layanan baru pada contact center, untuk mengurangi jumlah WP yang berkunjung ke KPP dan memanfaatkan Kring Pajak untuk permohonan tertentu, yaitu penetapan WP non-efektif, pengaktifan kembali WP non-efektif, perubahan data WP dan/atau PKP Orang Pribadi, dan perubahan data WP dan/atau PKP Badan.

DJP juga berinovasi dalam digitalisasi layanan perpajakan. Misalnya e-Reporting untuk mempermudah cara pelaporan pemanfaatan insentif secara on-line, serta berbagai aplikasi lainnya. Selain itu, Inge juga menjelaskan, saat ini DJP juga melakukan inovasi di bidang pengawasan, pemeriksaan, penagihan dan bidang penegakan hukum.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version