Menu
in ,

Strategi Investasi Kripto di Tengah Tren “Bear Market”

Pajak.com, Jakarta – Pasar kripto saat ini mengalami fase yang sulit ketika terjadi penurunan nilai Bitcoin dan banyak altcoin terkemuka lainnya. Harga aset kripto Bitcoin telah turun 70 persen dari harga tertinggi sepanjang masa di  69.044 dollar AS menjadi sekitar 20.348 dollar AS. Demikian halnya aset kripto lainnya mengalami nasib yang sama. Ethereum turun lebih dari 75 persen, TRON turun 76 persen, bahkan SOL dan AVAX keduanya turun hingga 88 persen. Sementara itu, nilai kapitalisasi market kripto sempat anjlok  1 triliun dollar AS. Singkatnya, saat ini aset kripto tengah dalam kondisi bear market, yakni kondisi ketika pasar sedang mengalami kecenderungan menurun.

Strategi seperti apa yang tepat untuk investasi kripto di tengah tren bear market ini?

Vice President (VP) Marketing Tokocrypto Adytia Raflein mengatakan, industri aset kripto global kini memasuki kontraksi disebut dengan istilah crypto winter. Kekacauan makroekonomi dan geopolitik saat ini sebagai katalis untuk masalah tersebut.

“Sentimen pasar kripto global kini memasuki masa yang tertekan ditandai dengan ketakutan yang ekstrem, dan gejolak ekonomi global baru-baru ini menambah perubahan secara menyeluruh di industri. Investor harus melakukan penyesuaian dengan kondisi market untuk tetap mendapatkan profit dalam jangka pendek maupun panjang,” kata Adytia dalam keterangan tertulis Sabtu (18/6/22).

Menurut Adytia, yang harus dipahami adalah bahwa crypto winter bukanlah akhir dari segalanya. Kabar baiknya adalah, setidaknya secara historis, musim dingin kripto selalu diikuti oleh kenaikan kuat yang membuat Bitcoin dan berbagai proyek altcoin mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa.

Harus objektif

Menurut Adytia, hal yang harus dilakukan saat ini adalah mencoba dan menilai situasi secara objektif. Terlalu mudah untuk membuat keputusan berdasarkan emosi ketika nilai portofolio hancur sangat tidak bijak.

“Mengelola emosi selama bear market terjadi tidaklah mudah. Oleh karena itu, harus tetap tenang dan mengingat kembali tujuan investasi di kripto sejak awal,” sarannya.

Ketika bear market, pergerakan aset kripto cenderung sulit diprediksi. Banyak investor setuju bahwa jalan terbaik ke depan adalah dengan mengadopsi strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dan Buy The Dip di mana membeli sejumlah aset kripto di saat pasar mengalami koreksi bearish yang signifikan. Strategi ini dapat menjadi peluang yang menguntungkan, ketika pasar kembali bull run. Sampai saat ini, menurut Adytia, DCA telah terbukti bisa meningkatkan nilai investasi dalam perdagangan kripto, jika melihat historis secara market bearish beberapa waktu lalu.

Lakukan “short selling”

Adytia menyarankan, investor juga bisa menerapkan strategi short selling saat harga aset kripto turun. Short positioning ini akan menguntungkan saat nilai aset tertentu mengalami penurunan. Namun demikian, investor perlu mempelajari dahulu teknis short selling, karena dibutuhkan prediksi yang tepat atas pergerakan harga kripto.

Menurut Adytia, saat bear market dan aktivitas transaksi menurun, investor bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan riset. Pelajari kembali berbagai jenis aset kripto yang saat ini tersedia di pasar atau mencari lebih banyak strategi investasi untuk mengurangi risiko kerugian di masa mendatang.

“Jadi, pastikan investor lakukan analisis mengapa harga turun, dan gali lebih dalam alasannya. Dan tidak lupa untuk melakukan diversifikasi investasi di berbagai aset kripto, jangan fokus pada jenis-jenis kripto tertentu saja,” pungkas Adytia.

Diversifikasi aset

Selain itu, penting juga investor melakukan diversifikasi jenis aset dan jangka waktu investasi. Diversifikasi portofolio investor penting di pasar mana pun, dan menjadi sangat penting selama bear market. Sejauh menyangkut kripto, banyak milenial melihatnya sebagai pilihan bagus untuk diversifikasi. Bahkan, 20 persen investor melihat kripto sebagai pelindung terhadap kehilangan aset tradisional. Selain itu, pilih campuran jenis investasi, pertimbangkan juga untuk menempatkan setidaknya beberapa persen dari portofolio yang dimiliki dalam investasi jangka pendek dengan return of investment (ROI) tinggi.

Sementara itu, VP Growth Tokocrypto Cenmi Mulyanto menyampaikan, meskipun kripto tengah dalam fase bearish, industri aset kripto di Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat hingga April 2022, transaksi aset kripto sudah mencapai Rp 160 triliun. Meski, angka itu jauh lebih kecil dibanding tahun lalu, lantaran beberapa nilai aset kripto mengalami penurunan. Adapun, jumlah investor aset kripto kini mencapai 13,04 juta investor, jauh lebih besar dibandingkan investor saham. Sementara, jumlah pedagang aset kripto yang resmi terdaftar di Bappebti sudah mencapai 25 perusahaan, tumbuh dari 11 perusahaan di penghujung tahun 2021 lalu.

“Prospek ke depan, industri kripto masih menjanjikan dan akan terus tumbuh, bersamaan dengan adopsi teknologi blockchain yang semakin luas. Kripto nantinya tidak akan dilihat lagi sebagai instrumen investasi, namun sebagai backbone ekosistem yang bisa menyelimuti banyak sektor,” kata Cenmi.

Ditulis oleh

Leave a Reply

Exit mobile version